Paparan mengenai narkoba yang pelarangannya bukan saja semata-mata karena khasiatnya namun terlebih atas ketakutan, prasangka, juga kepentingan ekonomi-politik-budaya. Atas pelarangan dan 'perang terhadapnya', narkoba distigma oleh banyak kalangan walaupun kebijakan tersebut tidak berdasarkan bukti-bukti yang sahih cum ilmiah.
'Perang terhadap narkoba' tentu menimbulkan korban dan memakan biaya. Celakanya, perang yang tidak pernah dimenangkan ini sejak 1971 terus dilestarikan atas popularitasnya. Tak heran, antinarkoba menjadi sikap hampir semua politikus di Indonesia walaupun hanya dilandaskan prasangka-prasangka dan ketakutan alih-alih bukti-bukti konkret.
Negara-negara yang belajar bahwa 'perang terhadap narkoba' tidak akan pernah dimenangkan, mulai mengubah pendekatan untuk mengatasi persoalan konsumsi komoditas ini oleh rakyatnya. Dekriminalisasi kepemilikan narkoba untuk konsumsi pribadi dan penyediaan narkoba secara medis yang dikelola negara menjadi pilihan sejak berjangkitnya infeksi HIV di paruh 1990-2000. Berbagai kajian dan evaluasi atas pilihan mengelola narkoba menjawab kecemasan, saat narkoba tidak lagi diperangi, akan ada lebih banyak orang yang mencoba dan terus mengonsumsi komoditas ini. Bukti-buktinya menyatakan tidak demikian.
Menanggapi ancaman narkoba jangan lagi dengan pelarangan, pemidanaan, dan perang yang sudah dilakukan hampir setengah abad dengan hasil yang makin buruk. Albert Einstein, filsuf kenamaan Amerika pernah menyatakan, "Ketidakwarasan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang kali dan mengharapkan hasil yang berbeda". Pelarangan dan 'perang terhadap narkoba' merupakan kecelakaan sejarah yang pernah dialami umat manusia.