close
WhatsApp Image 2022-07-30 at 1.47.33 PM

Dumolid adalah merek dagang obat sedatif hipnotik bernama generik nitrazepam. Obat ini berkhasiat mengatasi kecemasan yang biasanya membuat seseorang mengalami gangguan tidur. Properti antikejang, efek melenturkan otot, dan menenangkan dimiliki pula oleh nitrazepam.

Obat ini didaftarkan pertama kali oleh perusahaan farmasi Swiss, Hoffmann-La Roche dengan jenama Mogadon pada 1961. Seperti Mogadon, pil Dumolid juga mengandung 5 mg nitrazepam.

Nama Dumolid kembali “naik daun” saat seorang pesohor, Tora Sudiro, bersama istrinya Mieke Amalia, harus berurusan dengan polisi karena memiliki puluhan pil yang terdaftar dalam UU RI No. 5 Tahun 1997 sebagai Psikotropika Golongan IV itu.

Di era 1980-an, marak beredar pil nitrazepam buatan rumahan bernama “BK”. Tidak seperti Dumolid atau Mogadon yang dikemas lazimnya obat bermerek berisi 10 butir per strip, BK hanya dibungkus plastik polos per 5 atau 7 tablet bergambar cetakan padi dan kapas. Lantaran tidak ada izin edar maupun produksinya, BK sudah pasti selalu diperoleh dari pengecer yang tidak mengantongi sertifikat apoteker.

Meski diproduksi secara resmi dan penyerahannya harus dengan resep dokter, tapi kenyataannya pasien yang membutuhkan Dumolid kerap sulit memperolehnya di apotek resmi. Entah bagaimana ceritanya, Dumolid justru banyak dijual di pasar gelap lewat internet.

Yang bikin kesal lagi, Dumolid palsu juga banyak beredar. Bayangkan efek yang terjadi saat seseorang mengonsumsi obat palsu! Kandungan dan bahan bakunya pasti beda dengan obat aslinya. Besar kemungkinan mutunya lebih rendah tapi dijual dengan harga yang ditentukan semena-mena atas fakta sulitnya pasien memperoleh obat tersebut meski memiliki resepnya.

Baca juga:  Menlu RI Tegaskan, Persiapan Indonesia Sudah Matang untuk Menyampaikan Laporan dalam Mekanisme UPR Dewan HAM PBB

Selain hal-hal tentang Dumolid tadi, kira-kira apa lagi yang bakal dibahas seputar pil koplo pilihan orang-orang kelas menengah ke atas ini? Simak yuk!

Tri Irwanda

The author Tri Irwanda

Praktisi komunikasi. Mulai menekuni isu HIV dan AIDS ketika bekerja di KPA Provinsi Jawa Barat. Punya kebiasaan mendengarkan lagu The Who, “Baba O’Riley”, saat memulai hari dengan secangkir kopi.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.