Bandung, Media & Data RC – Walaupun 1 Juli lalu BPOM RI telah menerbitkan izin edar Sofosbuvir, nama generik obat hepatitis C, namun pasien tetap harus mengeluarkan jutaan rupiah untuk bisa sembuh dari virus penyebab kanker hati tersebut.
Hal ini terungkap dalam diskusi tentang pengobatan hepatitis C yang diselenggarakan Rumah Cemara di Sekretariat Kabarkampus.com, Bandung (21/7).
Selain membeli Sofosbuvir untuk 12 minggu masa terapinya seharga Rp10 juta lebih, pasien juga harus merogoh saku untuk pemeriksaan laboratorium.
Hartanto (40), pasien terapi Sofosbuvir, salah satu narasumber diskusi tersebut mengaku mengeluarkan dana hingga 6 juta rupiah untuk biaya laboratorium sebelum dan sesudah terapi. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui jenis dan jumlah virus dalam tubuh sehingga dosis dan masa pengobatannya sesuai. Ia juga mengungkapkan kalau BPJS Kesehatan menanggung biaya laboratorium dengan syarat biopsi. “Makanya saya memilih bayar sendiri saja,” imbuhnya.
Versi paten Sofosbuvir mendapat izin edar di Amerika Serikat (AS) pada 2013 dan dijual 1.000 dolar AS per butir. Untuk terapi selama 12 minggu, berarti seorang pasien harus mengeluarkan dana 84 ribu dolar atau sekitar Rp1,09 miliar. Namun biaya yang harus ditanggung pasien menjadi jauh lebih rendah sejak India memproduksi obat ini secara generik tahun lalu, yaitu 5 dolar per butir. Di Indonesia harganya bisa mencapai 10 dolar per butir karena diimpor.
Diskusi yang dihadiri sejumlah wartawan ini juga menghadirkan narasumber lain, yaitu dr Ronald Jonathan (RSU Bungsu), Neneng Tuti S, S.Si., M.MRS (laboratorium klinik Pramita), dan Indra Simorangkir (Rumah Cemara). Diskusi ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan menjelang Hari Hepatitis Sedunia yang diperingati pada 28 Juli setiap tahunnya.