Menjadi pembela korban marginalisasi atas konsumsi narkoba dan mengidap HIV, merupakan jalan hidup yang dipilih oleh Patri Handoyo. Pilihan itu diteguhkan saat kembang-kembang api disulut dan orang-orang mulai meniup terompet menyambut pergantian tahun dari 2002 ke 2003. Bersama empat rekannya dan sejumlah relawan, Patri menggelar program "rumahan" bagi orang-orang yang selama ini hanya bisa merasakan kehangatan rumah beserta segenap isinya dengan mengintip jendela-jendelanya yang terbuka, itupun kadang hanya di angan-angan saja karena banyak di antara mereka yang berada di penjara.
Program ini dirancang untuk menghapus stigma terhadap konsumen narkoba, pengidap HIV, dan substansinya sendiri, yakni narkoba dan HIV. Temuan yang dipublikasikan secara ilmiah niscaya akan banyak membantu masyarakat untuk memahami HIV dan narkoba apa adanya tanpa cap buruk alias stigma. Tebalnya stigma masyarakat terhadap sebuah fakta medis seperti HIV mencerminkan buruknya sistem kesehatan masyarakat kita sebagai suatu bangsa.