Belum lama ini kembali marak tayangan (posting-an) di media sosial yang dibagikan para penggunanya tentang bahaya sebuah aplikasi mobile bernama I-Doser. Aplikasi ini disebut-sebut sebagai sebuah narkoba dalam bentuk digital yang telah banyak menimbulkan efek negatif terutama ketagihan.
Karena cara konsumsi narkoba ini melalui telinga, didengarkan, maka para konsumennya dikabarkan banyak yang ketagihan mendengarkan I-Doser.
Sebelum kita berpikiran buruk karena stigma yang dilekatkan pada kata “narkoba”, ada baiknya kita mengetahui dulu apa sebenarnya I-Doser itu.
I-Doser adalah sebuah aplikasi yang dapat diunduh dan dipasang (diinstal) di ponsel Anda. Aplikasi ini bekerja dengan menghasilkan gelombang suara di frekuensi tertentu yang disebut binaural beats. Gelombang suara ini akan memengaruhi otak untuk merasa tenang, santai, tertidur, cemas, atau bahkan halusinasi. Tema-tema yang disediakan oleh pembuat aplikasi ini beragam, seperti penyembuhan, kreativitas, fokus, atau meditasi.
Semua memiliki suara dengan frekuensi tertentu yang memang dapat memengaruhi cara kerja otak. Dalam pilihannya, terdapat pula nada-nada yang dapat menghasilkan efek seperti ganja, ekstasi, DMT, dan banyak jenis narkoba lainnya. Hal ini sebenarnya adalah sugesti yang I-Doser ciptakan sehingga para pendengar nada-nada di aplikasi itu meraskan efek intoksikasi narkoba-narkoba tersebut seperti hipnotis.
Tidak mudah bagi kita harus mendengarkan nada atau suara secara berulang-ulang selama sekitar 20 hingga 30 menit. Pendengarnya akan cepat merasa bosan. Diperlukan latihan selama beberapa kali. Beberapa prosedur pun harus dilakukan seperti posisi badan yang nyaman, menggunakan headphone, dan mendengarkannya di dalam ruangan sepi atau gelap.
Untuk dapat merasakan sensasi yang dijanjikan, kita juga harus dapat menyesuaikan input frekuensi suara yang dihasilkan oleh I-Doser dengan otak kita.
Sekali mendapatkan frekuensi yang sesuai dengan frekuensi otak kita, maka tubuh secara otomatis akan merasakan kebas/ kebal, rileks, tak acuh terhadap lingkungan sekitar, atau malah berhalusinasi sesuai dengan sugesti yang sudah dipilih sebelumnya.
Teknologi gelombang binaural ini sebenarnya sudah umum digunakan dalam terapi hipnosis, yaitu membantu proses pengobatan penyakit jiwa, ketergantungan obat/ zat kimia, fobia, asma, dan malah dapat bermanfaat sebagai pengobatan pascatrauma.
Menurut Benny Ardjil, dokter spesialis kesehatan jiwa yang kini berpraktik di Klinik Medika Antapani, Bandung, gelombang suara binaural ini tidak akan merusak otak jika didengarkan terus-menerus. Aplikasi ini juga tidak menyebabkan ketagihan sebagaimana tayangan di berbagai media sosial.
“Bila memang membuat rileks, termotivasi, atau tenang setelah mendengar nada-nada dari aplikasi tersebut, kenapa mesti kita hindari?” tantang mantan Deputi Kepala BNN Bidang Rehabilitasi itu. “Ketagihan terhadap hal positif bukan sesuatu yang salah,” lanjut Benny.
Senada dengan Benny, ahli kesehatan jiwa yang diundang dalam sebuah talk show di Global TV, dr. Danardi, SpKJ menyatakan, I-Doser tidak dapat dikategorikan sebagai narkoba karena walaupun dapat menstimulasi otak, penggunaan aplikasi tersebut tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) serta merusak otak.
Jadi, sebenarnya aplikasi ini justru mempunyai hal-hal positif. Manfaat lain dari aplikasi ini adalah membantu para DJ (disc jockey), pemusik, ataupun produser musik dalam menciptakan karya musiknya. Bagaimana materi lagu yang mereka ciptakan dapat ‘menyentuh’ para pendengarnya, membuat penonton konser atau pengunjung kelab yang sudah terlihat bosan kembali merasakan emosi yang menyenangkan, bergembira.
Di sisi lain, jika memang aplikasi ini dikhawatirkan akan disalahgunakan atau membahayakan anak-anak di bawah umur, maka hal tersebut bisa diatasi dengan meyetel ponsel pintar anak Anda sesuai usianya.
[AdSense-A]
Atau, mungkin Anda masih khawatir karena pernah menyaksikan sejumlah tayangan di situs berbagi video yang memperlihatkan beberapa pemuda memanfaatkan I-Doser sebagai bahan bercandaan, percobaan, dan berhasil membuat ketakutan atau gembira berlebihan si pengguna yang menjadi subjek percobaan hingga melakukan sesuatu di luar kesadarannya. Hal itu memang bisa terjadi karena mereka memilih nada tertentu untuk mencari sensasinya.
Sekarang, pilihan ada di tangan Anda, pantaskah sesuatu yang berguna untuk banyak hal kita takuti dan dianggap sebagai narkoba yang memang sudah terlanjur dicap buruk oleh masyarakat?
Marilah kita gunakan teknologi secara bijak sesuai fungsinya!
Buka wawasan Anda, sikapi kemajuan zaman dengan bijaksana. Salah satu contoh sederhana mengenai kebijaksanaan menyikapi teknologi internet dan selular yang kini sudah tidak bisa lagi kita hindari adalah, sudahkah Anda menyetel ponsel anak-anak Anda sehingga mereka tidak dapat mengakses situs-situs yang diperuntukkan bagi orang dewasa?