close
FeaturedKegiatan

Indonesia Mengikuti Kejuaraan Dunia Sepak Bola Anak-Anak SATUC

Foto 2
Tim Indonesia untuk kejuaraan dunia sepak bola anak-anak SATUC World Cup dari Rumah Cemara yang akan berlaga di Bulgaria, 10-19 Agustus 2018. (Foto: Dokumentasi Gina/ Rumah Cemara)

Bandung, Media & Data RC (9/8/2018) – Untuk pertama kalinya Indonesia akan mengirimkan tim untuk berlaga di ajang turnamen sepak bola internasional Sheika Al Thani Underprivileged Children (SATUC) World Cup, yang akan berlangsung di Sofia, Bulgaria, mulai 10 hingga 19 Agustus 2018. Dalam turnamen sepak bola anak-anak ini, Indonesia akan diwakili tim yang dikelola Rumah Cemara, sebuah organisasi berbasis komunitas di Bandung.

SATUC World Cup adalah kejuaraan dunia sepak bola yang menyatukan anak-anak yatim piatu, pengungsi dan anak-anak yang kurang beruntung dari seluruh penjuru dunia untuk berolahraga, sekaligus menjadi ajang pertukaran budaya. Turnamen ini untuk pertama kalinya digelar pada 2013 oleh SATUC, sebuah organisasi nonprofit dari Mesir yang bekerja untuk membantu anak-anak kurang mampu atau kurang beruntung.

Indra Simorangkir, manajer tim Indonesia untuk SATUC World Cup mengatakan, sebanyak 8 anak-anak telah terpilih untuk berangkat ke Bulgaria. Mereka akan berkompetisi bersama anak-anak dari 15 negara lain, yaitu Bulgaria, Mesir, Inggris, Kamerun, Syria, Palestina, Maroko, Pantai Gading, dan Peru, Yaman, Meksiko, Nigeria, Irak, Kamboja, dan Liberia.

“Tim Indonesia berasal dari seleksi yang dilakukan terhadap anak yatim, anak yang hidup dalam kemiskinan dan yang kurang bernasib baik terutama dalam hak kemasyarakatan,” ujarnya.

Menurut Indra, proses seleksi dilakukan selama 6 bulan dengan melibatkan komunitas sepakbola anak yang tergabung dalam program sepak bola sosial Rumah Cemara.

Baca juga:  Tentang Virus Korona dan Yang Harus Kamu Lakukan

Lebih jauh, Indra menjelaskan, sepak bola telah menjadi media efektif dalam menjalankan kegiatan sosial di Rumah Cemara. Selama ini Rumah Cemara secara rutin menggelar League of Change yaitu turnamen sepak bola jalanan untuk komunitas yang terpinggirkan di Indonesia, serta mengikuti Homeless World Cup (HWC), sebuah kejuaraan dunia untuk kelompok masyarakat yang termarjinalkan secara sosial.

“Setiap orang berhak bermain sepak bola tanpa membedakan orang atau komunitas. Sepak bola adalah bahasa universal yang sangat mudah dipahami dan orang akan lebih mudah saling mengenal. Sepak bola menjadi media di mana orang-orang dapat tetap berhubungan, menambah persahabatan dan mengubah kehidupan,” ungkapnya.

Indra berharap, melalui keikutsertaan di SATUC World Cup 2018, anak-anak asuhannya memperoleh pengalaman nyata dalam mengubah kehidupan. Mereka tidak hanya dapat bermimpi dan berpikir besar, melainkan juga kelak dapat membagikan kemampuannya membawa orang lain mengalami perubahan hidup melalui sepak bola. *******

Redaksi

The author Redaksi

Tim pengelola media dan data Rumah Cemara

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.