Anak memiliki karakteristik yang khas, di antaranya rasa ingin tahu yang besar, pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, serta memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek. Anak pasti lebih memilih hal-hal yang bisa membuat mereka senang, seperti bermain serta belajar, karena mereka tidak perlu memikirkan banyak hal layaknya orang dewasa. Walaupun demikian, kita harus tetap memerhatikan perkembangan anak.
Jagoan Bintang pada awalnya adalah sebuah kelompok anak dengan HIV-AIDS dan yang orang tuanya terinfeksi HIV (ODHA – orang dengan HIV-AIDS). Kelompok ini dibentuk untuk mendorong anak-anak tersebut agar mempunyai kualitas hidup yang baik dari segi kesehatan dan mental. Untuk mewadahi kebutuhan tersebut, Rumah Cemara mencetuskan sebuah program khusus bagi mereka.
Program Anak Jagoan Bintang hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan kesehatan anak-anak di komunitas ODHA Bandung. Program ini juga menjadi forum terbuka bagi orang tua untuk bertukar pengalaman serta informasi akan pola asuh dan komunikasi kepada anak dengan HIV-AIDS.
Pada gilirannya, program ini melibatkan seluruh pihak tidak hanya Rumah Cemara sebagai pencetus, tetapi juga komunitas yang menjadi relawan termasuk akademisi.
Perlu diakui, Program Anak Jagoan Bintang adalah pelopor program khusus anak dengan HIV-AIDS dan yang terdampak HIV-AIDS di Kota Bandung di luar program yang dibentuk pemerintah. Awalnya program ini berfokus pada kesehatan, pendidikan, dan pola asuh bagi orang tua.
Program Anak Jagoan Bintang pertama kali berkegiatan pada 2010. Agendanya adalah pendidikan anak dan orang tua. Yang menjadi perhatian adalah jalinan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Pada tahun yang sama, Jagoan Bintang mengadakan kegiatan amal bertajuk “Love for Life” yang menjadi kegiatan terbesar dengan melibatkan anak dengan HIV-AIDS dan anak yang terdampak HIV-AIDS se-Jawa Barat. Jagoan Bintang terus berkembang dengan menggelar kegiatan antara lain:
- Program Dukungan Sosial Komunikasi, Informasi, dan Edukasi untuk Anak dengan HIV-AIDS bertema “Smile Kids” pada 2014-2015;
- Program Psikolog Peduli, sebuah kerja sama Universitas Maranatha dengan Rumah Cemara melalui pendidikan kurikulum 8 bulan. Dalam kegiatan ini, setiap psikolog melakukan penilaian individu terhadap setiap anak dengan HIV-AIDS pada 2014-2015;
- Program Gorgala, yaitu kerja sama Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Parahyangan dengan Rumah Cemara pada 2015. Anak-anak yang tergabung dalam Jagoan Bintang diajak menggambar, mewarnai, serta bernyanyi sambil bermain;
- Bandung Big Heart, sebuah acara buka puasa bersama pada 2015 yang berlangsung sampai sekarang;
- Art Feeling, sebuah kegiatan yang diadopsi dari program lapas dan rehabilitasi ketergantungan narkoba pada 2015. Kegiatan ini menjadi media berekspresi dan berbagi rasa serta harapan bagi anak-anak di Jagoan Bintang;
- Kajian Metode Pola Asuh Orang Tua, bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Maranatha pada 2017. Kegiatan berbentuk pertemuan mingguan selama lima kali setiap hari Minggu.
Selain gelaran kegiatan di atas, tim Program Anak Jagoan Bintang pada Mei 2015 kemarin menambah kegiatan, yaitu pengembangan bakat dan minat anak pada olahraga. Dengan bantuan dari ‘alumni’ Timnas Homeless World Cup, terbentuklah klub sepak bola dengan nama Jagoan Bintang Football Club. Klub ini menjadi media penyaluran minat dan bakat anak dalam sepak bola atau futsal yang beranggotakan juga dari berbagai latar belakang anak-anak tidak hanya HIV-AIDS.
Anak-anak lebih mudah mempelajari buruknya stigma dan diskriminasi melalui kegiatan praktis seperti sepak bola ketimbang teorinya. Mereka akan jauh lebih paha bila terlibat langsung dengan isu tersebut. Sepak bola dan futsal menjadi pilihan karena sepak bola sendiri adalah bahasa yang universal.
Mereka, anak-anak yang tergabung dalam Jagoan Bintang FC diharapkan menjadi panutan bagi teman-teman seusianya. Jagoan Bintang bukan hanya mengenai peningkatan prestasi anak di bidang olahraga, melainkan juga dalam hal informasi kesehatan dan pendidikan.
The goal of education is not to increase the amount of knowledge but to create the possibilities for a child to invent and discover, to create men who are capable of doing new things – Jean Piaget