close
FeaturedLayanan

Narcos: Cerita tentang Gembong Narkoba Paling Terkenal  

WhatsApp Image 2022-07-30 at 1.36.21 PM (1)

Dalam sejarah modern, barangkali belum ada yang pernah menandingi kiprah Pablo Escobar dalam mengelola sindikat narkoba. Lahir dengan nama Pablo Emilio Escobar Gaviria pada 1949, pria berkebangsaan Kolombia ini pernah tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia.

Pada Oktober 1987, Majalah Forbes menerbitkan edisi miliarder internasional pertamanya yang berisi 100 orang terkaya di dunia, termasuk raja kokain Kolombia, Pablo Escobar. Saat itu, mulai 1981 hingga 1986, kartel Medellín yang dipimpinnya menghasilkan banyak uang dari bisnis kokain. Kartel itu mencatatkan laba setidaknya tujuh miliar dolar AS, dan tidak terkena pajak!  

Saham Escobar di kartel narkoba mencapai 40 persen. Dalam daftar miliarder tahun 1987, Majalah Forbes memperkirakan cash flow Escobar sendiri paling sedikit tiga miliar dolar AS dan kekayaan bersihnya lebih dari dua miliar dolar AS. Kaya sekali bukan? Silakan saja kalian konversikan sendiri ke dalam rupiah.

Sosok Pablo Escobar

Sosok family man melekat kuat pada diri Escobar. Ya, baginya, keluarga adalah segalanya, melebihi apapun. Ia sangat menyayangi istrinya, Maria Victoria Henao dan kedua anaknya. Rasa sayang dan hormatnya pada sang ibu, Hilda de Los Dolores Gaviria Berrio diketahui orang banyak dan kerap dijadikan teladan.

Escobar lahir dari sebuah keluarga sederhana, di Desa Rionegro, Antioquia, Kolombia. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya seorang petani dan ibunya guru sekolah dasar. Escobar dibesarkan di Kota Medellin yang terletak di daerah dataran tinggi. Kota ini memang kondang akan tradisi penyelundupan berbagai komoditas di Kolombia.

Pada era 1970-an, Medellin adalah tempat sindikat kriminal terorganisasi penyelundupan berbagai jenis barang, termasuk narkoba. Sejumlah sumber menyebutkan, sebelum 1973, sebagian besar kokain dibuat di Chile dengan bahan baku daun koka dari Peru dan Bolivia. Konsumsi kokain menjadi tren di kalangan anak muda AS. Orang-orang Medellin, Kolombia lah yang menjadi perantara penjualan narkoba asal Chile itu ke AS.

Banyak versi yang menyebutkan, karier kriminal Escobar telah dimulai sejak remaja. Ia disebut-sebut mencuri sejumlah batu nisan dan mengampelasnya agar nampak baru untuk dijual lagi ke para penyelundup. Tapi ada juga yang menyatakan, karier kriminal Escobar dimulai dengan menjual ijazah palsu dari Universidad Autonoma Latinoamerican yang terletak di Kota Medellin. Kampus itu adalah tempat Escobar sempat belajar walau tidak meraih gelar akademik apapun.

Pada usia 20-an awal, Escobar kerap melakukan penipuan jalanan, mulai dari menjual rokok selundupan, karcis lotre palsu, hingga pencurian kendaraan. Escobar muda juga dikenal sebagai tokoh preman. Ia menculik dan menahan seorang pengusaha dan meminta tebusan ratusan ribu dolar AS.

Baca juga:  Beban Negara Akibat Kriminalisasi Pengguna Narkoba

Pablo Escobar mulai terjun ke dunia perdagangan narkoba lantaran terhentinya bisnis kokain di Chile sejak Jenderal Augusto Pinochet berkuasa di negara itu pada 1973. Akibatnya, para penyelundup Kolombia mengambil alih produksi kokain ke negaranya sendiri, terutama di Medellin. Pablo Escobar turut meramaikan bisnis tersebut, hingga menjadikannya sebagai raja perdagangan narkoba di Medellin bertahun-tahun kemudian.

Puncak kegemilangan kartel Medellin di bawah kepemimpinan Escobar terjadi pada pertengahan 1980-an. Kartel itu diyakini meraup ratusan juta dolar per minggu dari bisnis kokain. Ada kisah yang mengungkapkan saking banyaknya uang yang diperoleh, Escobar mewajibkan anak buahnya secara rutin belanja karet gelang 1.000 dolar AS setiap minggunya. Karet gelang itu untuk mengikat bergepok-gepok uang.

Tumpukan uang itu disimpan di berbagai tempat seperti gudang. Sebagian lainnya disembunyikan di balik dinding serta disembunyikan dalam lubang-lubang di bawah tanah. Tidak sedikit yang dilaporkan rusak karena lembab, dimakan tikus, atau hilang. Bisa dimengerti, uang “haram” yang diperoleh Kartel Medellin tentunya tidak bisa disimpan di bank.

Konon saking berlimpahnya uang dan tidak tahu harus diapakan, Escobar kerap membantu masyarakat miskin di kotanya. Ia membangun berbagai fasilitas publik dan membagikan uang tunai kepada orang-orang miskin di kotanya. Warga Medellin pun menganggapnya sebagai Robin Hood.

Narcos: Film tentang Skandal Politik, Bisnis, dan Teror Pablo Escobar

Sepak terjang Pablo Escobar dalam bisnis dan sebagian lika-liku kehidupannya, dengan apik digambarkan dalam serial televisi produksi Netflix ini. Film ini dirilis pada 2015, dibuat sebanyak tiga musim yang tiap musimnya terdiri dari 10 episode.


Film seri ini diawali dengan kisah kehidupan Pablo Escobar antara akhir 1970-an hingga pertengahan 1992. Pada periode itu, penonton disuguhi kisah saat pertama kali Escobar memproduksi kokain dan awal keterlibatannya dalam perdagangan narkoba di Kolombia.

Singkat cerita, bisnisnya moncer dan mulai menjadikannya sebagai orang yang disegani. Aktor Brasil, Wagner Moura dengan baik memerankan sosok Pablo Escobar dalam film ini.  

Pablo mulai berurusan dengan Steve Murphy, seorang agen Drug Enforcement Administration (DEA – polisi narkoba AS) yang diperankan oleh Boyd Holbrook. Dikisahkan, Murphy memang ingin sekali menangkap raja kartel Medellin itu.

Baca juga:  Kondom sebagai Pelindung Kesehatan

Salah satu yang mencuri perhatian dalam film ini adalah sosok Javier Pena, rekan Murphy sesama agen DEA. Diperankan dengan sangat menarik oleh Pedro Pascal, aktor kawakan asal Chile. Javier terlihat sangat memahami peta kartel di Kolombia, termasuk mengetahui kawan dan lawan Escobar.   

Salah satu bagian epik dari film ini adalah saat Pablo Escobar bersama sejumlah anak buahnya melarikan diri dari penjara saat terkepung ratusan tentara dan polisi. Menariknya, penjara yang dihuninya sesungguhnya bukan penjara, melainkan sebuah “istana” dengan fasilitas serba mewah. Ya, bagaimanapun, Escobar akhirnya bermain politik.

“Penjara” itu adalah hasil tawar-menawarnya dengan pemerintah Kolombia yang ingin menghentikan berbagai kekerasan dan pembunuhan yang dilatari persaingan antarkartel narkoba.   

Penjara bagai istana itu jadi tempat yang diinginkan Escobar ketimbang harus dipenjara di AS. Sejak 1982 memang berlangsung perjanjian ekstradisi, setiap orang Kolombia yang terbukti melakukan tindakan kriminal yang melanggar hukum AS, bisa ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku di AS. Pablo Escobar berupaya menghindari ekstradisi bagaimana pun caranya.

Dalam karier politiknya, Escobar pernah terpilih menjadi anggota alternatif dari Kamar Perwakilan Kolombia (semacam parlemen). Namun reputasinya yang lekat dengan dunia kriminal membuatnya kerap mendapat musuh politik. Selain itu, reputasinya juga kerap tercoreng karena permainan suap yang dilakukannya kepada para pejabat pemerintah maupun pada penegak hukum Kolombia. 

Sementara itu, kisah lain yang terungkap dalam film ini juga berbagai teror yang dilakukannya. Escobar pun dikenal sebagai pelaku narcoterrorism. Peristiwa meledaknya pesawat Avianca Airlines Penerbangan 203 pada 27 November 1989 menegaskan perannya dalam narcoterrorism. Saat itu pesawat Boeing 727 tersebut baru lima menit mengudara dari Bogota menuju Cali di Kolombia saat meledak di ketinggian 13 ribu kaki. Tercatat 107 orang meninggal dunia.

Dugaan kuat mengarah pada Escobar sebagai otak pelakunya. Kabarnya, ia menargetkan César Gaviria Trujillo, seorang calon presiden Kolombia dalam pesawat itu. Namun targetnya ternyata urung menaiki pesawat tersebut.

Ratusan bahkan mungkin ribuan orang dilaporkan kehilangan nyawa terkait sepak terjang kartel narkoba di Kolombia, terutama Medellin. Puncaknya terjadi pada 1989, saat sebuah bom meledak tepat di depan kantor biro investigasi federal Kolombia. Korbannya sekitar 100 orang, termasuk anak-anak. Escobar dilaporkan berada di balik pengeboman itu.

Film karya Chris Brancato, Carlo Bernard, dan Doug Miro ini juga dengan menarik menggambarkan kaitan Escobar dengan kelompok gerilyawan komunis M-19 yang memusuhi pemerintah. Dramatisasi yang tidak lebay membuat kita yang menonton cukup memahami setting politik di Kolombia saat itu. Ya, Escobar yang dikenal liberal bisa bersekutu dengan gerilyawan komunis karena punya kepentingan tertentu, yakni melawan pemerintah, terutama menentang perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat.

Baca juga:  Eksklusivitas Penanggulangan HIV-AIDS

Sejumlah skandal yang melibatkan Central Intelligence Agency (CIA) dapat kita simak terutama pada musim kedua dan ketiga. Munculnya musuh Escobar, di luar pemerintah, yang menamakan dirinya kelompok Los Pepes tidak terlepas dari peran agen CIA. Los Pepes terkait dengan kartel Cali, rival kartel Medellin pimpinan Escobar. Mereka bertindak main hakim sendiri, dan hampir tidak ada bedanya dengan kelompok Escobar.

Sayangnya, Narcos tidak mengungkapkan sejumlah kontroversi di balik kematian sang raja kokain itu. Dari film ini kita tahu, Escobar dan seorang pengawalnya tewas dalam baku tembak dengan petugas yang mengepungnya tepat satu hari setelah ulang tahunnya yang ke-44.

Namun, seperti diungkapkan Tirto.id (3 April 2017), dalam kronologi penangkapan yang dirilis US Drug Enforcement Administration, kedua buronan ini berusaha melarikan diri dengan berjalan di atap sebuah perumahan. Di saat itulah, keduanya ditembak polisi Kolombia.

Dilaporkan, Escobar mengalami luka tembakan di kaki dan tubuh bagian atas, dan yang paling fatal adalah tembakan di telinga. Ini jadi kontroversi karena tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa yang melepaskan tembakan hingga tepat di telinganya atau proses itu dilakukan setelah ia terjatuh. Sejumlah kerabat Escobar yakin, ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan menembakkan diri tepat di telinganya.

Menonton Narcos ibarat mempelajari sejarah perang narkoba di dunia. Lengkap dengan drama yang menjadi bumbu sebuah film.

Salah satu kelebihan Narcos adalah tidak adanya glorifikasi yang berlebihan terhadap sosok Escobar. Meskipun kehidupan pribadi Pablo Escobar dan keluarganya yang “baik-baik saja” cukup mendapat porsi, namun tidak lantas kita menganggap Escobar sebagai seorang pahlawan tulen.

CNN Indonesia (29 Agustus 2015) melaporkan, Eric Newman, salah satu penulis naskah Narcos memberikan penegasan kepada Guardian (22/8), bahwa serial garapannya tak akan mengagungkan sosok Escobar. Ini tampaknya berhasil.

Jadi buat kalian yang kepingin tahu sosok kontroversial Pablo Escobar, tontonlah film ini. Dalam situs Internet Movie Database (IMDB), Narcos mendapat rating 8.8 dari total 10 berdasarkan penilaian 411 ribu pemilihnya. Bagus banget!

Tri Irwanda

The author Tri Irwanda

Praktisi komunikasi. Mulai menekuni isu HIV dan AIDS ketika bekerja di KPA Provinsi Jawa Barat. Punya kebiasaan mendengarkan lagu The Who, “Baba O’Riley”, saat memulai hari dengan secangkir kopi.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.