Diskusi komunitas tentang isu kesehatan bersama caleg kembali diselenggarakan Rumah Cemara. Kali ini bekerja sama dengan Yayasan Karisma. Kegiatan diadakan di sebuah kafe di kawasan Rawamangun Jakarta, Kamis (11/4). Seperti di Bandung, diskusi dihadiri puluhan peserta dari sejumlah komunitas terutama pegiat penanggulangan HIV-AIDS dan NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya).
Tiga caleg untuk DPR RI tampil menjadi pembicara, yaitu Rian Ernest Tanudjaja (Partai Solidaritas Indonesia [PSI]), Andy Azisi Amin (Partai Keadilan Sejahtera [PKS]), dan Wanda Hamidah (Partai Nasional Demokrat [Nasdem]).
Patri Handoyo, moderator diskusi, mengangakat isu pelegalan ganja untuk kesehatan sebagai pemantik dialog ketiga caleg dengan peserta. Bagaimana pendapat mereka tentang hal ini?
Wanda Hamidah menanggapi pertanyaan itu dengan tenang. “Apapun aspek yang diperlukan dalam membantu penyembuhan harus dilegalkan,” ungkapnya.
Meski demikian, politisi Partai Nasdem ini menambahkan, “Legalisasi ganja ini memerlukan aturan yang tegas guna menghindari penyalahgunaan. Koridornya ya sejauh untuk kepentingan kesehatan atau penyembuhan.”
Mantan anggota DPRD DKI Jakarta periode 2009-2014 ini memang dikenal memperhatikan aspek kesehatan dalam program kerjanya. Mulai dari advokasi warga untuk mendapatkan hak atas akses kesehatan melalui SKTM (surat keterangan tidak mampu), penyuluhan serta pemeriksaan kanker serviks dan payudara, hingga memperjuangkan hak kesehatan bagi mereka yang kurang gizi.
Lebih jauh Wanda yang juga aktivis mahasiswa ’98 menekankan, partainya akan membantu perjuangan para pengidap HIV jika masih mengalami diskriminasi. Peristiwa seperti yang terjadi di Solo beberapa waktu silam tidak bisa dibiarkan begitu saja, imbuhnya.
Sementara itu, Rian Ernest mengusulkan agar para aktivis prolegalisasi ganja membuat suatu forum khusus yang berisi pemangku-pemangku kepentingan, bukan hanya yang prolegalisasi ganja.
“Di sana kita bahas, apakah betul ganja dapat menyembuhkan sejumlah penyakit dengan data-data yang valid,” ujarnya.
Pertanyaan menarik dilontarkan peserta diskusi dari Organisasi Perubahan Sosial Indonesia. Ia menanyakan sikap ketiga caleg yang berada di panggung atas kebijakan pembubaran lokalisasi pelacuran. Menurutnya pembubaran tersebut justru menimbulkan masalah baru seperti, pengendalian penyebaran infeksi menular seksual yang jadi makin sulit karena tempat prostitusi tidak lagi terlokalisasi.
Secara pribadi Rian menyatakan dengan lugas, ia setuju adanya lokalisasi karena akan mempermudah pemantauan dan pencegahan penyebaran HIV dan penyakit kelamin. Menurut politisi yang pernah menjabat sebagai staf ahli hukum mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama itu, yang bisa dilakukan pemerintah antara lain dengan pendidikan kesehatan reproduksi bagi para pekerja seks di lokalisasi-lokalisasi pelacuran yang ada.
Sementara itu Andy Azizi menyoroti pentingnya melakukan program konkret untuk mengatasi masalah sosial terkait prostitusi. Baginya, pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang berkesinambungan perlu tetap dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di bidang ekonomi, termasuk di kalangan pekerja seks.
Diskusi komunitas bersama caleg mengenai isu kesehatan ini menjadi bagian penutup dari rangkaian diskusi yang dilakukan Rumah Cemara menjelang Pemilu 2019. Kini pemilu memasuki masa tenang di mana masyarakat terbebas sejenak dari hingar-bingar kampanye para kandidat.
Rumah Cemara, sebagai organisasi komunitas yang berkepentingan terhadap lahirnya kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan yang bermanfaat bagi masyarakat luas, patut mempertimbangkan pelaksanaan kegiatan serupa di masa yang akan datang. Kegiatan yang melibatkan berbagai komunitas ini penting dilakukan untuk memastikan para caleg yang nantinya terpilih dapat menjalankan janjinya saat kampanye. Seperti diungkapkan Rian Ernest di akhir acara yang sangat mengharapkan para pegiat LSM untuk membantu mengawal proses penyusunan sebuah kebijakan publik.
Bahkan menurutnya, kegiatan diskusi seperti ini lebih bermanfaat ketimbang sosialisasi melalui berbagai ormas. Baginya, komunitas seperti yang hadir dalam diskusi ini harus lebih banyak didengar. Mereka banyak mengalami stigma dan tahu bagaimana keadaan yang sebenarnya.