Physical distancing, di rumah aja, work from home, selalu gunakan masker jika ke luar rumah, rajin cuci tangan, hindari keramaian, dan karantina mandiri. Itulah beberapa aturan yang diberlakukan untuk mencegah penularan virus korona penyebab covid-19.
Imbauan semacam itu tersebar hampir di setiap sudut ruang publik dan perkantoran, termasuk di instansi kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga hampir di semua negara, karena covid-19 adalah pandemi global. Walaupun dianggap terlambat, tetapi Indonesia dinilai masih lebih cepat dibandingkan beberapa negara lain dalam merespons pandemi ini.
Sejak covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, semua cara dan sistem pelayanan masyarakat pun berubah. Di bidang kesehatan misalnya, kunjungan ke layanan kesehatan diperketat, bahkan tidak dianjurkan, demi mengurangi interaksi dan menekan infeksi korona yang mudah ini.
Imbas pandemi pun dialami ODHIV (orang dengan HIV). Mereka tiap bulan tetap harus datang ke layanan kesehatan untuk mengambil obat ARV sambil mengkhawatirkan risiko penularan korona di sana.
Sebagian ODHIV yang terkena PHK di tengah pandemi ini, terpaksa berhenti berobat karena lebih memilih membiayai kebutuhan yang lebih mendesak, yaitu pangan.
Merespons keadaan tersebut, Rumah Cemara bekerja sama dengan Elton John AIDS Foundation melakukan sejumlah upaya. Sejak 18 Mei 2020, Rumah Cemara memberikan bantuan kepada ODHIV dan populasi yang menjadi kunci dalam penanggulangan HIV-AIDS di masa pandemi ini.
Bantuan yang diberikan berupa pengambilan dan pengiriman obat ARV gratis bagi ODHIV yang biasa memperolehnya di RS Hasan Sadikin, RS Bungsu, dan RSUD Ujung Berung, Bandung. Tapi, meskipun program ini difokuskan di ketiga rumah sakit yang notabene berada di Bandung, tapi pada praktiknya juga dimanfaatkan oleh ODHIV bahkan dari luar Jawa Barat.
Per 23 Juni 2020, 285 pasien terlayani di ketiga rumah sakit tersebut. Yang berdomisili di Jawa Barat sebanyak 268 pasien, mayoritas berada di wilayah Bandung Raya. Sisanya tersebar di tujuh provinsi, yakni Bali 2 pasien, DKI Jakarta 7 pasien, Kalimantan Utara 1 pasien, Jawa Timur 2 pasien, Sumatera Barat 3 pasien, Sulawesi Selatan 1 pasien, dan Banten 1 pasien.
Dari catatan yang saya miliki, sebagian orang sudah mengakses program bantuan ini dua sampai tiga kali, dengan mengisi tautan (link) yang disediakan oleh petugas pendamping ODHIV. Mereka cukup tinggal di rumah, obat ARV pun diantar sampai ke rumah masing-masing.
Selain membantu meringankan biaya ODHIV untuk mengambil ARV di layanan kesehatan, program ini juga sekaligus membantu mengurangi mobilitas ODHIV sesuai anjuran pemerintah dalam mengurangi penyebaran covid-19.
Tidak hanya pengambilan dan pengiriman obat ARV, ODHIV dan populasi kunci terdampak covid-19 juga mendapat bantuan lainnya, seperti pangan dan nutrisi, subsidi sewa tempat tinggal, dukungan biaya pendidikan anak, dan biaya kesehatan lainnya. Tentu saja ini semua melalui proses verifikasi agar pemberian bantuan tepat sasaran.
Perlu diakui, bantuan ini tentunya belum dapat memenuhi semua kebutuhan ODHIV dan populasi kunci yang terdampak covid-19, karena keterbatasan tenaga dan sumber dana. Namun demikian, Rumah Cemara berharap program ini tetap memberi manfaat. Sekecil apapun!
Saya tahu, Rumah Cemara bukan satu-satunya yang melakukan kegiatan seperti ini. Masih banyak di luar sana individu, kelompok, dan instansi yang juga peduli terhadap sesamanya. Semangat gotong-royong seperti ini perlu kita syukuri. Itu pula yang membuat bangsa ini tetap memiliki harapan yang lebih baik ke depannya.