Homeless (tunawisma), anak jalanan (anjal), orang dengan HIV-AIDS (ODHA), dan kaum termarginalkan lainnya di kota-kota Indonesia dinilai sebagian kalangan sebagai permasalahan sosial yang terus meningkat. Stigma terhadap mereka begitu kentara. Julukan sebagai ‘sampah masyarakat’, dianggap tidak layak hidup bersama masyarakat, dan caci maki lainnya sering terdengar. Hal ini turut memengaruhi kesadaran mereka akan kesehatan.
Pemimpin muda di setiap daerah yang peduli akan orang dan kelompok termarginalkan ini menyoroti persoalan tersebut. Cap buruk adalah citra yang tak mudah lepas bagi mereka. Persoalannya, bagaimana cara membuktikan secara konkret agar hal itu terbantahkan?
Sepak bola adalah salah satu jawabannya. Untuk di Indonesia, “Keadilan Bersepak Bola bagi Seluruh Rakyat Indonesia” menjadi tagline-nya. Maksudnya, semua orang boleh bermain sepak bola tanpa memandang keyakinan, suku, dan kelas sosial sebagaimana dengan ODHA, anjal, atau tunawisma.
Di Bandung, Jawa Barat, 2.000-an anjal berisiko mengonsumsi narkoba (Dinsos Kota Bandung, 2016). Heru Muhammad Faisal, seorang anjal berusia 23 tahun yang mewakili Indonesia di Homeless World Cup 2016 Skotlandia, merasakan manfaat sepak bola sebagai media dan dukungan untuk perubahan sosial yang lebih baik.
“Hidup dengan kerasnya jalanan tidak semudah yang dibayangkan, namun sepak bola bisa memperjuangkan apa yang saya rasa dan inginkan,” ujar lelaki yang akrab disapa Acil ini.
Menurut Acil, olahraga ini dapat digunakan untuk mengaitkan anjal dengan dukungan untuk mengatasi ketagihan narkoba dan perawatan kesehatan lainnya, seperti HIV-AIDS.
Rumah Cemara adalah organisasi komunitas yang bertujuan meningkatkan kapasitas ODHA, konsumen narkoba, serta kaum marginal lainnya di Indonesia melalui pendekatan dukungan sebaya. Sepak bola dan olahraga lainnya seperti tinju digunakan Rumah Cemara sebagai media peningkatan kapasitas tersebut.
Pada 2016, Rumah Cemara terpilih menjadi mitra Cityzens Giving, yayasan milik klub sepak bola Manchester City. Mereka memberikan dukungan kepada pemimpin muda di kota-kota seluruh dunia untuk mengatasi tantangan berat yang memengaruhi komunitas mereka dan melakukan perubahan melalui kekuatan sepak bola.
The Cityzens (nama lain Manchester City FC) sudah mendukung berbagai komunitas di seluruh dunia dengan bantuan suporter dan mitra kerja mereka di tiap negara. Dua tahun belakangan, the Cityzenz mendukung jaringan anak-anak muda di sembilan kota. The Cityzens dan mitra kerja mereka telah menginvestasikan dana sebesar 1 juta poundsterling dengan melibatkan suporternya di seluruh dunia untuk membantu penyaluran dana tersebut.
Tiap tahun Cityzens Giving memberikan dananya untuk enam negara yang mereka pilih sesuai kriteria tertentu. Tahun ini, Indonesia terpilih sebagai satu dari enam negara yang akan mendapat dana tersebut. Namun, untuk memprioritaskan dana bagi suatu negara, Cityzens Giving mengadakan pemungutan suara (voting) secara daring atau online.
Negara yang terpilih dengan suara terbanyak akan mendapat 100.000 poundsterling agar jaringan komunitas di negara tersebut menggunakan sepak bola sebagai media perubahan sosial.
Melalui program Cityzens Giving, Rumah Cemara memfasilitasi dan dan mempromosikan proses voting ini agar Indonesia mendapat dana tersebut. Kami mengajak masyarakat untuk membantu memilih judul “Substance Abuse, Bandung, Indonesia” di http://cityzensgiving.org/manchester. Dalam pemungutan suara ini, Indonesia mengangkat tema penyalahgunaan narkoba di kalangan anak jalanan.