close
sketch1616649003619
Ilustrasi: @abulatbunga

Sebagai inisiatif untuk menanggulangi dampak yang diakibatkan pandemi covid-19, sejumlah individu dari berbagai latar belakang di Jawa Barat membentuk sebuah jaringan untuk bergotong royong saling meringankan beban.

Sebelum kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dipilih Pemerintah RI diberlakukan pada 10 April 2020, kelompok yang dinamai “Jaringan Kerja Gotong Royong” ini dibentuk tepat pada 24 Maret 2020. Pembuatan kelompok aplikasi percakapan WhatsApp jaringan ini menjadi penanda “kelahirannya”. Nama grupnya, Jaker Gotong Royong.

Dalam situs webnya, Jaker Gotong Royong bercita-cita membantu kelompok rentan dan terpinggirkan secara sosial-ekonomi seperti buruh, pekerja informal, transgender, tunawisma, difabel, serta kelompok miskin kota yang saat covid-19 ditetapkan sebagai pandemi, kelompok-kelompok tersebut menjadi semakin rentan.

Pendidikan dan distribusi bantuan menjadi ranah aktivitas pengorganisasian komunitas Jaker Gotong Royong. Pendidikan meliputi reproduksi pengetahuan praktis komunitas untuk antisipasi penyebaran infeksi covid-19 beserta dampak yang ditimbulkannya. Serial diskusi dilakukan untuk menggali gagasan dan praktik alternatif untuk membebaskan komunitas dari sistem sosial-ekonomi yang memproduksi ketimpangan.

Distribusi bantuan dengan prinsip dari rakyat untuk rakyat (people to people) dilakukan dari pembukaan kanal donasi uang maupun barang. Distribusi bantuan ini dibagi ke dalam segmen pertanian kota sebagai upaya membangun basis pangan kolektif, dapur-dapur umum dan distribusi makanan siap santap bagi kelompok rentan di perkotaan juga daerah rawan bencana seperti kawasan banjir di wilayah selatan Bandung, juga distribusi bantuan alat kesehatan serta obat-obatan.

Baca juga:  Kontrol Negara terhadap Budi Daya, Distribusi, dan Konsumsinya Menjamin Runtuhnya Pasar Gelap Ganja

Untuk melengkapi keduanya, Jaker Gotong Royong pun membuka layanan konsultasi publik soal bercocok tanam, kesehatan, pendidikan dari rumah, advokasi buruh dan kelompok minoritas, serta psikologi.

Kini secara nasional, kasus covid-19 berjumlah 1,43 juta pengidap dengan 38.753 kematian dan 1,26 juta pasien sembuh (data per 18 Maret 2021). BPS mencatat, per Januari 2021,  terdapat 2,56 juta pengangguran akibat wabah covid-19. Terlepas dari angka-angka yang menunjukkan keprihatinan itu, vaksin sudah mulai diberikan kepada kelompok berisiko dan rentan terhadap gejala penularan virus korona baru ini.

Di awal usianya, Jaker Gotong Royong banyak merespons kelompok yang terdampak wabah melalui distribusi alat kesehatan, bibit tanaman pangan beserta pendidikan bercocok tanam, serta pembuatan dapur umum. Kini jelang setahun kiprah jaringan ini, masihkah orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki semangat yang sama dengan ketika awal bergabung? Apakah mereka punya cita-cita yang belum tercapai di jaringan kerja tersebut?

Kali ini, kami berbincang dengan dua perempuan yang bergabung sejak awal di Jaker Gotong Royong, yakni Supinah “Sang Petualang” – petani sayur-mayur cum aktivis burus dan Dilla Anindita – dokter muda yang akrab dengan komunitas terpinggirkan. Perbincangan ini dipandu Shilpi Yantie dari Rumah Cemara yang secara tulus ngepoin kedua narasumber.

Tayangan ini sekaligus memperingati hari “kelahiran” jaringan kerja ini tepat hari ini, 24 Maret setahun lalu. Dirgahayu Jaker Gotong Royong, panjang umur solidaritas!

Baca juga:  Menpora Lepas Keberangkatan Timnas Homeless World Cup 2016
Audiografer: Itong Budi
Videografer: Prima Prakasa
Patri Handoyo

The author Patri Handoyo

Pencinta makhluk hidup. Berkesenian selama hayat masih dikandung badan. Peneliti partikelir dan pelaku pendidikan alternatif.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.