close
20200619_condom battler goro_Okamoto Industries-2
Ilustrasi: Okamoto Industries

Kondom telah dikenal dalam kehidupan manusia sejak lama. Bangsa Mesir Kuno diketahui menggunakan penutup penis sejenis kondom sejak tahun 1350 Sebelum Masehi. Pada tahun 100 hingga 200 Masehi, sejarah mencatat bukti awal pemakaian kondom di Eropa yang terlihat dari lukisan berupa pemandangan gua di Combrelles, Prancis.

Selanjutnya, pada tahun 1564 untuk pertama kalinya dipublikasikan deskripsi dan percobaan alat mencegah penyakit berupa kondom di Italia. Ketika itu, ahli anatomi bernama Gabrielle Fallopius mengklaim telah menemukan sarung berbahan linen yang diuji coba pada 1.100 lelaki. Dari percobaan itu tak satu pun yang terinfeksi penyakit sifilis.  Pada 1700-an, kondom dibuat dari usus binatang. Pelindung penis berbahan usus binatang makin populer pada abad ke-18 dan mulai dinamakan kondom. Dengan ditemukannya karet vulkanis pada tahun 1844, produksi massal kondom dari bahan lateks pun dimulai.

Cara Kerja dan Jenis Kondom

Kondom dipasang pada penis untuk menahan masuknya air mani ke dalam vagina, sehingga sperma tidak melakukan pembuahan.  Kondom saat ini terbuat dari karet lateks. Sedangkan yang terbuat dari usus hewan hanya sekitar satu persen saja. Kondom tersedia dalam berbagai ukuran, bentuk, ketebalan, ada tidaknya pelumas, dan ada tidaknya spermisida (pembunuh sperma) di luar maupun di dalam kondom. Kondom juga bisa berbentuk lurus, berputing, berpermukaan biasa atau bergerigi, bisa berwarna, bening, keputih-putihan, atau berwarna-warni.  

Baca juga:  Menolak Hubungan Seks dengan Suami Saat Mengidap Kencing Nanah

Apakah Kondom Efektif Mencegah Penyakit ?  

Sebagian orang beranggapan kondom tidak efektif mencegah penyakit dan kehamilan. Padahal apabila ditelusuri, turunnya efektivitas kondom lebih disebabkan oleh pemakaian yang tidak tepat, bukan karena mutu kondom itu sendiri.

Kegagalan penggunaan kondom kemungkinan disebabkan:

  1. Penyimpanan kondom yang kurang baik;
  2. Pemakaian kondom yang sudah kedaluwarsa;
  3. Pemakaian kondom yang tidak tepat pemasangannya;
  4. Kondom tersebut koyak/ sobek saat menyobek bungkusnya.

Saat diproduksi di pabriknya, kondom melalui serangkaian pengujian ulang sebelum dikemas. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kondom lateks sangat efektif dalam pencegahan penularan penyakit menular seksual, termasuk HIV.

Ada anggapan bahwa kondom mengandung lubang-lubang yang bisa dilalui virus HIV.  Hal ini memang benar, apabila kondom itu terbuat dari bahan alami seperti usus domba. Tetapi kondom jenis itu sudah jarang diproduksi.  Kondom lateks, yang lazim ditemukan di pasaran, cukup kuat dan sudah diuji untuk menahan mikro-organisme termasuk sperma dan HIV. Lubang pori-pori pada kondom lateks terlalu kecil untuk dapat dilalui oleh virus ini.  

Kondom lateks juga terbukti efektif untuk mencegah virus dan kuman penyebab herpes simplex, CMV, hepatitis B, Chlamydia, dan gonorrhoea.

Tri Irwanda

The author Tri Irwanda

Praktisi komunikasi. Mulai menekuni isu HIV dan AIDS ketika bekerja di KPA Provinsi Jawa Barat. Punya kebiasaan mendengarkan lagu The Who, “Baba O’Riley”, saat memulai hari dengan secangkir kopi.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.