close
FeaturedKomunitas

Mengenal Anarko-Sindikalis, Kelompok yang Digosipkan Rancang Penjarahan se-Jawa

1_AnTzYRLu5l6f8VSViQHiwA

Saat DKI Jakarta mulai menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar guna menekan penularan covid-19 pada 10 April 2020, polisi membekuk tiga kawanan pelaku vandalisme di Tangerang, Banten. Mereka kedapatan menuliskan kata-kata bernada provokatif dengan cat semprot di sebuah dinding pasar kota tersebut.

Dua pelaku vandalisme sejenis dibekuk polisi di Bekasi, Jawa Barat dan daerah Tiga Raksa, Banten sehari kemudian. 

Kapolda Metro Jaya, Nana Sudjana menyatakan kalau kelimanya merupakan anggota kelompok anarko-sindikalis. “Mereka berencana membuat aksi besar-besaran berupa vandalisme, berbuat onar, dan penjarahan,” ungkap Nana dalam siaran pers di markasnya Sabtu, 11 April 2020.

Kepala jajaran kepolisian yang juga meliputi wilayah Bekasi, Depok, dan Tangerang itu menengarai, kelompok anarko-sindikalis merencanakan penjarahan dan berbagai kekacauan di seantero Pulau Jawa serentak pada 18 April mendatang.

Vandalisme berupa coretan di sebuah pasar di Tangerang, Banten

Dugaan Nana bahwa kelompok anarko-sindikalis akan melakukan penjarahan besar-besaran di seluruh Jawa saat wabah covid-19 tentu harus dibuktikan walaupun dua hari kemudian, coretan provokatif senada juga dilakukan di daerah lain. Salah satunya di Banjar, Jawa Barat. Para pelakunya pun telah diamankan polisi.

Di hari yang sama, polisi juga menertibkan sepuluh pelaku corat-coret di pintu keluar Tol Lawang, Malang, Jawa Timur. Aparat mengaitkan mereka dengan anarko-sindikalis lantaran penggambaran lambang anarki (huruf a dilingkari) pada coretan yang mereka buat.

Apakah Anarko-Sindikalisme?

Kalian tentu punya gambaran mengenai apa itu anarki. Beberapa menganggap anarki sama dengan vandalisme, yakni aksi perusakan dengan tujuan membuat kekacauan. Silang sengkarut kedua istilah ini kerap dimanfaatkan sejumlah pihak untuk mengidentifikasi anarki sebagai kelompok yang harus bertanggung jawab atas sebuah aksi vandalisme atau perusakan.

Baca juga:  Heroin alias Putau dan Masalahnya

Dalam kasus corat-coret kalimat provokatif di Tangerang, Malang, dan Banjar baru-baru ini, polisi menyimpulkan bahwa pelakunya anggota anarko-sindikalis. Indikasinya adalah vandalisme berupa coretan di ruang publik yang membubuhkan lambang anarki. Rencana penjarahan besar-besaran oleh kelompok ini pun turut melengkapi kesimpulan tersebut. 

Sepuluh berandalan yang diamankan Polres Kota Malang karena aksi vandalisme

Sebagian anarkis, kalau tidak ingin disebut sebagai oknum, dalam sejarahnya memang menggunakan kekerasan, perusakan, bahkan pembunuhan demi memperjuangkan cita-cita mengenyahkan kapitalisme dan negara. Karenanya, anarkisme kerap berkonotasi kekerasan dan vandalisme. Tapi, jalan kekerasan bukan semata milik anarkisme. Imperialisme, otoritarianisme, atau feodalisme adalah sekian dari banyak contoh paham yang lebih lekat dengan kekerasan.

Sebagai informasi, istilah anarki berasal dari bahasa Yunani Kuno, anarchos, berarti tanpa penguasa yang menunjukkan tidak adanya aturan hukum atau pemerintahan yang mutlak. Cita-cita para penganutnya adalah masyarakat yang menjunjung tinggi martabat kebebasan individu tanpa penindasan.

Karena aktor penindasan umumnya adalah penguasa atau pemerintah dengan hierarkinya, maka pilihannya adalah sebuah masyarakat tanpa pemerintah. Anarkis meyakini masyarakat mampu hidup berdampingan serta bekerja sama dalam damai tanpa adanya penguasa yang cenderung melakukan penindasan.

Mewujudkan masyarakat tanpa penindasan menjadikan jalan kekerasan sebagai kontradiksi dalam anarkisme. Menyikapi selisih paham di antara para anarkis, Alexander Berkman dalam What is Communist Anarchist menyatakan,

Anarkisme bukan bom, ketidakteraturan, atau kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali ke kehidupan barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua.

Anarkisme berarti bahwa Anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorang pun boleh memperbudak Anda, menjadi majikan Anda, merampok Anda, ataupun memaksa Anda. Itu berarti bahwa Anda harus bebas untuk melakukan apa yang Anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang Anda mau serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara.

Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan, sehingga dapat menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan.

Dalam mewujudkan cita-citanya, anarkisme terbagi ke dalam berbagai varian. Walaupun Mikhail Bakunin dikenal sebagai tokoh besar anarki, tapi keyakinannya yang bertolak belakang dengan Karl Marx menjadikan alirannya disebut anarkisme kolektif. Bakunin menolak keberadaan negara yang dipandang Marx masih dibutuhkan sebagai sarana mewujudkan masyarakat komunis di bawah kediktatoran kaum buruh.

Baca juga:  Warga Oplosan

Menurut Bakunin, alat-alat produksi serta tanah harus dimiliki secara kolektif bukan oleh segelintir orang termasuk yang dikendalikan oleh negara. Karenanya, negara sama sekali tidak diperlukan sebab kekuasaannya berpotensi melanggar hak-hak individu yang bebas.

Pascakematian Bakunin (1876), gerakan baru yang mengolaborasikan anarkisme Bakunin dan sosialisme Marx mengemuka sebagai dasar perjuangan. Varian ini dikenal sebagai anarko-sindikalisme yang sejak peringatan Hari Buruh 2019 di Indonesia jadi terkenal karena dikambinghitamkan sebagai pelaku onar hingga wabah covid-19 melanda.

Encyclopedia Britanica mendeskripsikan sindikalisme, juga disebut anarko-sindikalisme, atau sindikalisme revolusioner sebagai sebuah gerakan yang mengupayakan aksi langsung kelas pekerja untuk menghapus tatanan kapitalis, termasuk negara, dan mendirikan tatanan sosial berdasarkan pekerja alias buruh yang diatur dalam unit-unit produksi.

Secara etimologi, sindikalis bermakna serikat pekerja atau buruh dalam bahasa Prancis.

Kamus Oxford mengartikan sindikalisme (syndicalism) sebagai keyakinan bahwa pabrik, bisnis, dll. seharusnya dimiliki dan dikelola oleh semua orang yang bekerja di dalamnya. Secara umum, anarko-sindikalisme adalah filsafat politik dan aliran pemikiran anarkis yang memandang serikat pekerja sebagai kelompok yang dibutuhkan untuk merebut seluruh aspek ekonomi agar dapat mengendalikan pengaruh dalam masyarakat yang lebih luas.

Tindakan Represif terhadap Vandalisme

Polisi boleh saja menduga akan ada penjarahan besar-besaran di seluruh Pulau Jawa oleh kelompok yang disebut sebagai anarko-sindikalis. Tapi dugaan tersebut rasanya terlalu dangkal dan mengada-ada. Di media sosial, prediksi tersebut bahkan jadi bahan olok-olok.

Baca juga:  Punk Melawan Prasangka: Dari Musik untuk sebuah Perubahan
Konferensi pers 11 April 2020 atas penangkapan pelaku corat-coret yang turut menyita sejumlah buku sebagai barang bukti

Sudah saya gambarkan di bagian sebelumnya bahwa cita-cita anarko-sindikalis adalah melenyapkan kapitalisme juga negara dan menggantikannya dengan tatanan sosial yang seluruhnya dikelola buruh. Melakukan penjarahan besar-besaran bukanlah gerakan buruh, bahkan hanya akan mengaktivasi militerisme lengkap dengan segala persenjataannya.

Alih-alih menguasai tatanan sosial, para buruh akan jadi objek buruan tentara. Terlebih, dari rumor aksi penjarahan yang digembar-gemborkan tadi, kita akan tahu siapa yang kemudian merebut kendali pengaruh dalam masyarakat.

Menulis kata-kata provokatif dengan cat semprot di ruang-ruang publik jauh dari kesan revolusioner. Vandalisme kecil-kecilan itu justru merusak cita-cita anarko-sindikalis untuk melenyapkan kapitalisme melalui gerakan kelas pekerja.

Aksi corat-coret di ruang publik sebaiknya disikapi secara proporsional oleh aparat penegak hukum. Dugaan serampangan bahwa akan ada penjarahan besar-besaran hanya mengerdilkan kemampuan aparat menganalisis keadaan sekaligus membuat kelompok anarko-sindikalis nampak begitu perkasa.

Tak cukup sampai di situ, aparat penegak hukum juga dipermalukan dengan kemampuan mereka mengidentifikasi anggota anarko-sindikalis hanya berdasarkan penampilan fisiknya, yakni mereka yang berpenampilan urakan dengan dandanan punk. Padahal, saya yakin kebanyakan pemilik pabrik tidak akan mau menerima pekerja berambut mohawk dengan rajah dan anting-anting memenuhi wajah.

Patri Handoyo

The author Patri Handoyo

Pencinta makhluk hidup. Berkesenian selama hayat masih dikandung badan. Peneliti partikelir dan pelaku pendidikan alternatif.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.