League of Change (LoC) adalah liga sepak bola yang diprakarsai Rumah Cemara untuk ODHA (orang-orang [yang hidup] dengan HIV-AIDS), anak-anak jalanan, masyarakat miskin kota, konsumen narkoba, serta kelompok marginal lainnya. Dengan visi “Indonesia tanpa Stigma”, LoC telah menjadi media bagi Rumah Cemara yang menyuarakan semangat perubahan komunitas maupun individual yang terpinggirkan di masyarakat.
LoC akan kembali hadir pada 30 April hingga 3 Mei 2017 di Surabaya dengan konsep yang sama, terutama dalam mendukung pencapaian mimpi Indonesia tanpa stigma. Yayasan ORBIT (Our Right To Be Independent) merupakan mitra Rumah Cemara yang akan menjadi tuan rumah acara yang juga dikenal dengan nama Liga Perubahan Sepak Bola Jalanan ini.
Semua komunitas sepak bola yang merupakan kelompok marginal di Indonesia dapat mengikuti liga ini karena LoC bukan hanya milik Rumah Cemara. “Keadilan bersepak bola bagi seluruh rakyat Indonesia” dijadikan semboyan sejak pertama kali LoC diselenggarakan. Alasannya, sepak bola bukan hanya milik kaum tertentu. Melalui olahraga ini, sikap saling menghargai, sportivitas, dan fair play tidak hanya dapat dibentuk, namun terlebih merupakan prinsip.
Rijky Kurniawan, Koordinator Program Sport for Development di Rumah Cemara mengatakan, Rumah Cemara merupakan inisiator dalam keseluruhan program LoC, sehingga tidak ada bentuk privatisasi lembaga bagi kegiatan ini.
“LoC diadakan dua tahun berturt-turut di Bandung, yaitu 2012 dan 2013. Sehingga, ada kesan kalau liga ini milik lembaga tertentu dan Jabar sentris yang cakupannya tidak se-Indonesia. Padahal LoC ini milik seluruh warga Indonesia,” ucap pria yang akrab disapa Mamaz.
Anggaplah hal itu turut dipengaruhi karena Rumah Cemara merupakan organisasi nonpemerintah yang didirkan dan banyak bekerja di Jawa Barat khususnya Bandung.
Mamaz mengakui, banyak juga pihak yang salah mengartikan serta menganggap LoC sebagai bentuk seleksi pemain tim nasional Indonesia untuk Homeless World Cup (HWC).
Rumah Cemara memang merupakan mitra nasional HWC yang tidak hanya mengirim pemain ke kejuaraan dunia tahunan itu, tapi juga menyeleksi serta melatih timnas yang akan diberangkatkan. Klub futsal Rumah Cemara, DKRC Fusion, adalah yang yang menjadi wasit, pelatih, juga mitra sparing sepanjang proses seleksi itu.
“Sebenarnya LoC adalah batu loncatan. Semangat LoC itu untuk perubahan, bukan semata mengejar prestasi di tingkat nasional, sedangkan HWC untuk kancah Internasionalnya,” tambah Mamaz.
Indra Simorangkir yang pernah menjadi peserta LoC 2013 saat masih bekerja di Yayasan Rumah Damai, mengapresiasi kegiatan ini sebagai ajang untuk menghapus stigma terhadap ODHA maupun konsumen narkoba.
“Pada saat itu, kami di Rumah Damai berpatungan untuk mengikuti LoC di Bandung. Semangat kebersamaan itu yang secara tidak sadar membuat banyak orang di berbagai daerah tertarik untuk bersatu dengan satu visi dan misi,” jelasnya.
Pemilihan lokasi penyelenggaraan LoC tahun ini di Surabaya, Jawa Timur, bukannya tanpa alasan. Menurut Mamaz, Yayasan ORBIT yang berkedudukan di Surabaya dinilai sebagai pihak yang paling siap dalam berbagai aspeknya, seperti materi dan perizinan. Seperti juga Bandung, hal yang turut jadi pertimbangan ialah, Surabaya adalah salah kota tempat berkumpulnya para pejuang dalam merebut kemerdekaan RI. Kota inipun dikenal sebagai Kota Pahlawan.
[AdSense-A]
“Diharapkan, untuk tahun-tahun selanjutnya, daerah lain juga bersedia menjadi tuan rumah LoC. Selain membentuk jejaring dan mempromosikan daerahnya, LoC juga dapat menjadi media pemersatu setiap komunitas (kelompok-kelompol marginal pencinta sepak bola),” pungkas penggemar Liverpool ini.
Semakin banyak komunitas dari berbagai provinsi yang mengikuti acara ini dengan tempat berbeda tiap tahunnya, maka semangat persatuan dan berjejaring tiap daerah dapat terjalin dengan baik.