close
WhatsApp Image 2021-08-27 at 21.15.06
Gambar Ilustrasi: @abulatbunga

Menjadi seorang transpuan atau dalam bahasa yang umum, waria, itu tidak mudah. Dalam hidupnya, banyak persoalan yang harus dilalui. Mulai dari cibiran masyarakat sekitar hingga penolakan dari keluarga. Bahkan sebagian waria mengalami kekerasan dari sejumlah pihak.

Kanal Indonesia Tanpa Stigma kali ini membahas kisah transpuan. Tri Irwanda bersama Farah dan Fiona, dua transpuan yang aktif berorganisasi di Srikandi Priangan Bandung, memperbincangkannya. Keduanya bicara banyak tentang diri dan kehidupan mereka. Bagaimana mereka mengalami sejumlah peristiwa yang menyakitkan, yang enteng hingga yang berat.

Salah satunya pernah digusur saat tidur lelap dari kamarnya oleh sekelompok orang hanya karena dia seorang waria. “Kayak kucing aja, saya digusur ke luar kamar…,” ujarnya mengenang saat tempatnya digeruduk sekelompok orang.

Pada masa sulit seperti sekarang, ketika wabah korona entah kapan usainya, komunitas ini termasuk yang mengalami dampak luar biasa. Tidak bekerja, tanpa penghasilan. Apa yang mereka lakukan agar bisa bertahan hidup? Berharap bantuan sosial dari pemerintah? Banyak di antara mereka yang tidak memiliki identitas resmi alias KTP.

Mari simak obrolannya!

Audiografer: Ahmad Budi Santoso
Videografer: Ahmad Budi Santoso
Tags : bancibencongtranspuanwaria
Tri Irwanda

The author Tri Irwanda

Praktisi komunikasi. Mulai menekuni isu HIV dan AIDS ketika bekerja di KPA Provinsi Jawa Barat. Punya kebiasaan mendengarkan lagu The Who, “Baba O’Riley”, saat memulai hari dengan secangkir kopi.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.