close
20221020_165901
Gambar Ilustrasi: @wopwopwoy

Halo, selamat malam. Maaf berkomunikasi selarut ini.

Perkenalkan saya Fauzi. Saat ini saya sedang berada di Bandung.

Malam ini saya merasa gelisah dan cemas setelah membaca artikel mapun jurnal mengenai HIV. Saya takut terkena HIV, ditambah pemberitaan di media beberapa waktu lalu mengenai besarnya HIV di Kota Bandung. Hal itu makin menambah kegelisahan saya.

Bila berkenan, sudikah Rumah Cemara membantu saya melakukan pengecekan serta mengurai kecemasan yang beberapa hari ini menghantui pikiran saya.

Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih.

Salam,

Fauzi – Instagram

Jawaban

Fauzi yang baik,

Ketakukan akan tertular HIV bisa diperkecil dengan mengingat kembali perilaku berisiko apa saja yang telah Fauzi lakukan sebelum-sebelumnya. Karena hanya bisa terjadi oleh setidaknya tiga faktor risiko, maka kami akan membantu Fauzi memeriksa satu per satu dari ketiga faktor risiko tersebut.

Pertama. Apakah Fauzi pernah melakukan penetrasi kelamin tanpa menggunakan kondom? Hubungan seks tanpa kondom berisiko menularkan HIV karena gesekan permukaan kulit bagian penis lazim menimbulkan perlukaan atau lecet yang tidak kasatmata. Lewat bagian yang lecet tadi, saat bergesekan dengan kulit yang juga lazim lecet saat berhubungan seks, darah pasangan Fauzi bisa masuk. Bila pasangan seksmu mengidap HIV, maka darah yang masuk dari perlukaan tak kasatmata di penis Fauzi bisa menularkan HIV.

Kedua. Apakah Fauzi pernah mengonsumsi obat-obatan dengan suntikan bekas? Karena penyuntikan adalah cara konsumsi obat melalui aliran darah yang terletak di bawah kulit, maka alat suntik yang menembus kulitmu akan memasukkan apapun yang terkandung di dalamnya termasuk virus, kuman, atau agen pencemar lainnya ke aliran darah. Masalahnya, kita tidak bisa mengetahui adanya agen pencemar apalagi virus di rongga jarum dan tabung suntikan bekas lantaran ukurannya yang sangat kecil.

Baca juga:  Lima Takhayul Kebijakan Narkoba Indonesia

Ketiga. Rasanya ini bukanlah faktor risiko penularan HIV buat Fauzi, karena ini adalah penularan dari ibu ke bayi yang dilahirkan dan disusuinya.        

Untuk memperkecil kemungkinan penularan HIV dari hubungan seks selain pakai kondom ialah memastikan pasangan seksual Fauzi tidak mengidap virus yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh ini.

Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV. Saat ini semua puskesmas sudah menerima layanan tes HIV. Kalau pasangan Fauzi enggan bertemu dengan orang lain dalam proses pemeriksaan, beli saja alat tes HIV di gerai-gerai online – jadi benar-benar tidak ada orang lain yang terlibat dalam proses pemeriksaan ini. Meski demikian, saat tes mandiri tersebut menunjukkan hasil positif, Fauzi dan/ atau pasangan tetap harus mendatangi layanan kesehatan untuk pelayanan medis lanjutan.

Seperti yang sudah saya sampaikan bahwa saat ini, seluruh puskesmas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote telah menerima layanan tes HIV dengan biaya yang bervariasi menyesuaikan retribusi yang ditetapkan pemerintah setempat. Bila ternyata peralatan tes sedang tidak tersedia, sama seperti yang selama ini Rumah Cemara lakukan, mereka akan merujuk, melengkapi informasi, dan memastikan peserta tes terlayani di tempat lain.

Hal tadi sekaligus menjawab pertanyaan, apakah Rumah Cemara bisa melakukan tes HIV.

Demikian jawaban dari kami. Semoga dari informasi yang telah kami sampaikan, kegelisahan dan kecemasan yang Fauzi alami perihal penularan dan pemeriksaan HIV bisa berkurang bahkan menimbulkan keyakinan baru untuk memeriksakan diri sehingga bisa segera mendapat perlakuan yang tepat supaya bisa tetap sehat.   

Nio

The author Nio

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.