close
WhatsApp Image 2022-01-14 at 11.52.54
Gambar Ilustrasi: @abulatbunga

Atas perkembangan perawatan psikiatri pada 1950 hingga 1960-an, para peneliti mulai mencari cara untuk membantu penderita insomnia, terutama akibat kecemasan.

Leo Sternbach, ahli kimia kelahiran Kroasia berhasil mengembangkan benzodiazepin pertama, chlordiazepoxide (Librium), pada 1955. Modifikasi kimia chlordiazepoxide menghasilkan diazepam (Valium) pada 1963. Pil ini mencatatkan lebih dari 2,3 miliar dosis peresepannya di AS pada 1978.

Sternbach boleh disebut, Bapak Benzo karena selain Librium dan Valium, ia juga menyintesiskan nitrazepam (Mogadon, Dumolid), flunitrazepam (Rohypnol), clonazepam (Klonopin, Rivotril, Riklona), dan benzo lainnya.

Penelitian lanjutan benzodiazepin pada akhirnya menghasilkan alprazolam (Xanax) yang dipatenkan di Jerman pada 1970. Obat ini dirancang untuk digunakan dalam manajemen gangguan kecemasan, gangguan panik, dan mual akibat kemoterapi jangka pendek. Obat ini juga dapat diresepkan untuk pengobatan gangguan kecemasan umum serta pengobatan kondisi kecemasan dengan depresi komorbid.

Di Indonesia saat ini, setidaknya terdapat 11 jenama alprazolam yang terdaftar untuk diedarkan. Itu belum versi generik buatan pabrik obat yang juga memproduksi alprazolam bermerek. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 tentang Harga Obat Generik menetapkan harga eceran tertinggi (HET) alprazolam tablet 1 mg adalah Rp12.150 per strip isi 10 butir.

Meski telah diatur pemerintah melalui UU psikotropika dan peraturan menteri, distribusi alprazolam dan psikotropika lainnya kerap terjadi di luar jalur distribusi resmi. Sialnya bahkan di gerai-gerai farmasi resmi, obat-obatan ini tidak bisa diperoleh meski pasien yang memang membutuhkan memiliki resep dari profesional medis yang merawat penyakitnya. Pasar gelap yang kini ditopang teknologi internet menawarkan harga hingga 30 kali lipat dari HET alprazolam generik.

Baca juga:  Pelarangan Narkoba: Seberapa Berdaulat Indonesia?

Kali ini Kevin Mathovani, Putri Tanjung, dan Patri Handoyo yang sama-sama punya pengalaman jadi konsumen alprazolam memperbincangan fenomena obat ini di negara +62. Yuk simak obrolan mereka!

Tags : actazolamalganaxalprazolamapazolataraxcalmletfepraxfrixitasgrazolamopizolamxanaxzolysanZypras
Patri Handoyo

The author Patri Handoyo

Pencinta makhluk hidup. Berkesenian selama hayat masih dikandung badan. Peneliti partikelir dan pelaku pendidikan alternatif.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.