Episode kali ini rada beda. Kami berbincang soal skateboard. Ya, ini soal skateboard yang buat sebagian anak muda bukan sekadar hobi tapi juga gaya hidup. Ada soal budaya juga di sana. Kita enggak bahas skateboard sebagai olahraga, karena dua narasumbernya memang bukan atlet.
Kalian pasti sepakat, pendanaan domestik untuk pengendalian HIV-AIDS itu sangat penting. Baik itu anggaran pemerintah pusat, maupun daerah. Kementerian Kesehatan RI bersama Health Policy Plus (HP+) pernah menganalisis, total kebutuhan pembiayaan layanan HIV pada 2018 hingga 2023, akan meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Jumlahnya diperkirakan menjadi Rp11,6 triliun dari Rp4,2 triliun.
Tramadol adalah opioid sintetis, yang diresepkan buat meredakan nyeri pada luka pascaoperasi, patah tulang, bahkan untuk sebagian pasien kanker. Selain itu, tramadol juga sering diresepkan dokter dalam proses detoksifikasi putau atau heroin. Buat yang berobat ke dokter karena ketagihan putau, pasti banyak yang tahu tramadol. Fungsinya memang untuk meredakan nyeri akibat putus opioid.
Narkotika dan psikotropika itu macam-macam jenisnya. Zat yang dikandung serta efek yang ditimbulkannya juga bisa berbeda-beda. Kali ini, Indonesia Tanpa Stigma mengajak dua teman untuk berbincang soal ini.
Dalam beberapa pekan terakhir, lonjakan kasus covid-19 terjadi di Indonesia. Temuan kasusnya tidak main-main, bahkan sempat mencapai angka di atas 50 ribu kasus dalam satu hari. Tingkat kematian juga kian mengkhawatirkan.
Jamur yang satu ini memang beda. Dia bisa bikin orang yang mengonsumsinya mengalami halusinasi. Kalian pasti pernah dengar namanya kan? Ya, magic mushroom alias jamur ajaib!
Ratusan nyawa melayang gara-gara nenggak miras oplosan. Sebuah kajian dari Center for Indonesian Policy Studies mencatat, sebanyak 546 orang meninggal akibat konsumsi miras oplosan di Indonesia pada periode 2014-2018. Kalau diperhatikan, miras oplosan ini setiap tahun selalu makan korban. Hingga sekarang.
Dalam penelitian untuk menemukan obat-obatan berbahan dasar jamur gandum di laboratorium milik Sandoz, Swiss, pada 1938, seorang kimiawannya yang bernama Albert Hoffman berhasil menyintesiskan lysergic acid diethylamide. Kelak Hoffman jualah yang menemukan efek psikedelik LSD saat secara tidak sengaja, sekitar 20 mikrogram zat asam ini terserap kulitnya lima tahun kemudian.
