Sebagian konsumen narkoba cenderung bermasalah mengendalikan perilakunya yang berhubungan dengan komoditas itu. Mereka terlibat persoalan dengan keluarga, teman, sekolah atau pekerjaan, bahkan hukum akibat konsumsi narkobanya. Sebagian lagi terus mengonsumsi narkoba meski berbagai persoalan tadi telah menimpa mereka. Orang-orang seperti itu didiagnosis mengidap gangguan konsumsi zat (substance use disorder).
Meski statistiknya kecil, diperkirakan 13,18 persen dari seluruh konsumsi narkoba ilegal sejagat pada 2018, mereka yang bermasalah ini masih memiliki orang-orang yang peduli akan kehidupannya. Keluarga atau teman pengidap gangguan ini tetap “membantu” mereka, misalnya secara finansial walau tahu uangnya akan digunakan untuk apa.
Di negara-negara Barat, kecuali yang kaya raya dengan asuransi kesehatan yang bisa digunakan untuk perawatan ketergantungan zat, anggota keluarga yang ketagihan narkoba biasanya diusir dari rumah. Banyak dari mereka yang menggelandang karena sudah tidak ada lagi teman atau kerabat yang percaya dan sudi rumahnya mereka tumpangi. Mengemis di jalanan dengan penampilan kumal lazim mereka lakukan. Dari sinilah istilah “junkie” lahir.
Orang Timur kebanyakan masih menerima mereka meski berbagai persoalan pelik dialami tidak hanya oleh konsumen narkoba, tapi seluruh anggota keluarga. Misalnya urusan dengan hukum yang banyak menyita waktu, tenaga, dan harta sehingga berdampak pada kehidupan seluruh keluarga. Sisi positifnya, keluarga pun mendukung upaya pemulihan anggotanya yang ketagihan narkoba saat mengikuti sebuah program perawatan.
Dukungan orang-orang dekat seperti keluarga, pasangan, atau sahabat punya pengaruh yang berarti terhadap pemulihan ketergantungan narkoba seseorang. Orang-orang ini menjadi sistem dukungan utama dalam membangun kembali kehidupan yang telah luluh lantak akibat ketagihan narkoba.
Di negara-negara Barat yang masyarakatnya individualis, kelompok dukungan bagi orang-orang yang terdampak ketagihan narkoba banyak dibentuk dan punya kegiatan rutin. Yang tergabung bisa saja orang tua, pasangan, adik atau kakak, juga anak-anak peserta program pemulihan ketergantungan narkoba. Bagaimana di Indonesia?
Kanal Indonesia Tanpa Stigma mengulas hal tersebut bersama dua orang tua yang anaknya mengikuti program pemulihan ketergantungan narkoba. Seorang profesional yang banyak membantu pelaksanaan program pemulihan tersebut beserta dukungan dari orang-orang yang berpengaruh terhadap pasien juga bergabung dalam perbincangan.