Rumah Cemara (28/11) – Indonesia sudah ikut serta dalam Homeless World Cup (HWC) sejak 2011 lalu, namun baru kali ini mendapatkan Fair Play Award. Secara keseluruhan, Indonesia berada pada urutan 10 dari 47 negara yang berpartisipasi pada HWC 2018 di Mexico City.
Manajer tim nasional untuk HWC 2018, Yana Suryana mengatakan, pencapaian ini melebihi harapannya. “Karena kita belum pernah mendapatkannya. Bagi kami ini pencapaian luar biasa. Fair Play Award ini membuktikan bahwa memang it’s more than a game,” kata Yana di Bandung, Senin (26/11).
Bagi kontingen Indonesia, sambung Yana, menang dan kalah pasti mewarnai kompetisi HWC. Namun sejak awal keberangkatan dan kehadirannya di Mexico City, manajer dan pelatih Aulia Rahman kerap menekankan pentingnya menjalin persahabatan di dalam dan luar lapangan dengan tim-tim lain. “Bagi Indonesia, kemenangan itu bonus. Persahabatan itu selamanya,” imbuh Yana.
Keakraban dan rasa persahabatan itu bukan sekedar ucapan di bibir belaka. Kontingen Indonesia yang terdiri dari Rizal Ferdian Somawijaya (24), Eva Dewi Rahmadiani (34), Dego Z. Arifin (25), Adam Riyaldi (21), Miftah Ul Maarif (19), M. Fajar Priatna (25), Samsul Rizal (26), dan Yandi Abdul Rajab (24) ini menyapa seluruh tim yang hadir di Zocalo Capitalino, tempat berlangsungnya perhelatan HWC 2018.
Kemampuan berbahasa Inggris para pemain yang serba terbatas tidak menjadikan mereka rendah diri untuk bergaul dengan tim lain. Melemparkan senyuman dan berbagi pelukan serta memberi semangat jadi keseharian yang tidak lepas dari tim Indonesia. Makanya jangan heran usai kekalahan dari Rusia di final memperebutkan Carlos Slim Foundacion Award, para pemain Indonesia disambut tepuk tangan tim-tim lain.
Tim Indonesia menjadi tim yang tidak pernah mendapatkan kartu dari wasit dalam belasan pertandingan yang mereka lalui di Zocalo. Dua pemainnya, masing-masing, Eva Dewi Rahmadiani dan Samsul Rizal malah mendapatkan peluit dari wasit usai pertandingan di babak penyisihan.
“Saya bangga dan senang sekali dengan pemberian peluit itu. Wasit mau memberikannya kepada saya yang bukan siapa-siapa. Ini jadi kenangan terindah sekaligus inspirasi bagi saya,” ujar Samsul yang sempat merasakan dinginnya jeruji besi pada usia 16 tahun ini.
Sementara bagi Eva, satu-satunya pemain perempuan dalam tim Indonesia, kehadirannya dalam ajang HWC 2018 membuka kesempatan baginya buat berbagi cerita dan inspirasi perubahan dari sudut pandangnya.
Selama di Mexico, Eva sempat berbagi ceritanya bersama media lokal, media internasional seperti BBC, hingga tim media HWC. “Sepakbola jadi mediumnya saja,” kata Eva.
HOMELESS WORLD CUP
Kejuaraan Homeless World Cup (HWC) diadakan pertama pada tahun 2003 yang diadakan di Graz, Austria untuk memperbaiki permasalahan sosial terkait ketunawismaan, termasuk di dalamnya permasalahan seperti konsumsi narkoba, HIV-AIDS, kemiskinan, dan kurangnya akses kepada pendidikan. Kejuaraan HWC diadakan setiap tahun, sebuah kompetisi sepakbola internasional, yang mempersatukan lebih dari 300.000 orang-orang yang punya permasalahan terkait ketunawismaan dan yang termarginalkan secara sosial untuk mendapatkan kesempatan sekali seumur hidupnya dan mewakili negaranya serta mengubah kehidupannya.
HWC didukung oleh lembaga besar seperti UEFA, FIFPro, Uni Eropa, dll. Selain itu, dalam perjalanannya, HWC telah melahirkan Ambassador yang membantu mengusung tema perubahan sosial terkait tunawisma, seperti Eric Cantona, Didier Drogba, Rio Ferdinand, aktor Hollywood Colin Farrel dan penulis novel Trainspotting, Irvine Welsh.