close
FeaturedLayanan

“Garuda di Dadaku” Bergema di Terminal 2 Bandara Sukarno-Hatta

Timnas-HWC-2017-di-Terminal-2-Bandar-Sukarno-Hatta-(Foto-Patri-Handoyo)
Timnas HWC 2017 di Terminal 2 Bandar Sukarno-Hatta (Foto Patri Handoyo)

Jakarta, Media & Data (25/8) – Walau Homeless World Cup (HWC) ke-15 baru resmi dibuka 29 Agustus mendatang, namun Timnas Sepak Bola Jalanan Indonesia yang akan berlaga di ajang tahunan tersebut sudah berangkat ke Oslo, Norwegia, empat hari sebelum pembukaan. Di kota itu, nantinya tunawisma, gelandangan, pengidap HIV-AIDS, konsumen narkoba, serta kelompok yang secara sosial disingkirkan setidaknya dari 74 negara berkumpul untuk membuktikan bahwa melalui kekuatan sepak bola, sebuah perubahan sosial bisa terjadi.

Berangkat lebih awal memang sengaja dilakukan. Sabrun Hanapi (45), Pelatih Tim Nasional Sepak Bola Jalanan Indonesia yang berangkat ke HWC 2017 ini, mengutarakan alasannya, “Kami sengaja berangkat empat hari sebelum hari H supaya para pemain kita bisa menyesuaikan diri dengan cuaca dan lingkungan tempat pertandingan digelar.”

Di tanah air, mereka diantar puluhan orang, di antaranya orang tua, kakak, adik, hingga teman-teman dekat ke Bandar Udara Sukarno-Hatta, Jakarta.

Rumah Cemara menyiapkan 1 unit bus ukuran 40 penumpang supaya para kerabat juga bisa melepas Timnas HWC 2017 yang akan meninggalkan tanah air selama 14 hari ke depan setidaknya hingga ke pintu gerbang ruang tunggu pesawat yang akan menerbangkan mereka.

Tidak semua pengantar ikut dari Bandung. Kerabat Yusuf Bahtiar yang berdomisili di Jakarta misalnya, langsung menemui rombongan Timnas HWC 2017 di Terminal 2 Bandara Sukarno-Hatta. Yusuf yang akrab dipanggil Ucuy nampak menciumi tangan ibunya sebelum berjalan bersama rombongan masuk ke ruang tunggu pesawat yang akan berangkat menuju Doha, Qatar, untuk selanjutnya terbang ke Oslo, Norwegia.

Baca juga:  Minoritas Gender dan Seksual: Apa Pula Ini?
Yusuf Bahtiar menyalami ibundanya saat hendak berangkat ke Oslo, Norwegia (Foto Patri Handoyo)

Peluk haru serentak terjadi di terminal keberangkatan internasional saat pengeras suara mengumumkan, penumpang pesawat Qatar Airways tujuan Doha sudah dapat memasuki ruang tunggu. Pasukan yang mengenakan kaus berkerah dengan paduan merah dan hitam bertuliskan “Indonesia” di punggungnya pun menjabat, mencium tangan, serta memeluk kerabat yang mengantar mereka ke Bandara Sukarno-Hatta, Cengkareng.

Sambil melepas barisan tersebut, para pengantar yang tidak dapat memasuki ruang tunggu spontan menyanyikan lagu “Garuda di Dadaku” karya Netral.

Mendengar “Garuda di Dadaku”nasionalisme Timnas Street Soccer Indonesia yang akan berlaga di HWC 2017 pun turut terbakar. Tim yang dipimpin Pinsa Prahadian (27) secara percaya diri berjalan tegap membusungkan dada seolah-olah mereka akan berlaga di medan perang mempertahankan kemerdekaan seperti pada 1945-an. Ada pula yang mengacungkan tangan seraya mengobarkan semangat juang, “Merdeka atau mati!”

Setiba di Oslo, sekitar 8:30 pagi waktu setempat, Timnas HWC 2017 telah dijemput empat staf KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia. Tiga mobil langsung terisi penuh oleh 14 delegasi Indonesia yang terdiri dari 8 pemain, 1 manajer, 1 pelatih, 1 reporter, 1 fotografer, 2 orang perwakilan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.

Timnas HWC 2017 saat baru mendarat di Oslo (Foto Djuli Pamungkas)

Sayangnya penginapan yang sudah kita pesan baru bisa menerima kita 5 jam lagi. Untungnya, teman-teman dari KBRI mau mengajak kita jalan-jalan terlebih dulu keliling Oslo. Tapi sayangnya tur andalan mereka ketika ada tamu yang harus ‘killing time’ menunggu waktu check in hotel sepertinya standar, yaitu mengunjungi Oslo Winter Park yang berjarak 40 menit dari pusat kota dan merupakan area ski salju terbesar di wilayah Oslo.

Baca juga:  Kencan Online dan Intervensi Kesehatan Reproduksi

“Baru keluar dari bandara aja udah kedinginan, ini kita diajak ke atas bukit yang pasti udaranya lebih dingin,” keluh Djuli Pamungkas, sang fotografer.

Timnas HWC 2017 di Depan Bandara Oslo (Foto Djuli Pamungkas)
Patri Handoyo

The author Patri Handoyo

Pencinta makhluk hidup. Berkesenian selama hayat masih dikandung badan. Peneliti partikelir dan pelaku pendidikan alternatif.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.