close
Audio-VisualFeaturedKomunitas

Zaky Yamani: Saya bukan ganjais, tapi akan lebih baik kalau ganja didekriminalisasi!

Untitled2
Zaky dan buku pertamanya

Kira-kira pernyataan semacam itulah yang disampaikan Zaky Yamani, seorang novelis, penulis esai, biografi, puisi, cerita pendek, artikel, kajian, dan sederet karya tulis lainnya. Saking banyak jenis karya tulisnya yang diterbitkan, ia kepingin disebut sebagai penulis saja.

Ya, kalau Zaky lagi galau, baper, teringat sesuatu yang menyayat hati hingga menyentuh perasaan terdalamnya, dia berusaha untuk nggak rebahan sambil menatap langit-langit dan meratapi nasibnya. Dalam situasi demikian, ia lebih sering mengasah celurit berjibaku dengan alat-alat tulisnya, nulis!

Sampai sekarang Zaky masih produktif menulis novel.

Biasanya kalau lagi baper atau galau, sebagian orang bukannya produktif tapi malah uring-uringan, malas mikir, kepinginnya rebahan sambil meratapi entah apa yang diratapi. Zaky tidak membiarkan dirinya begitu. Ia berusaha untuk tetap menulis, kebanyakan yang ia tulis pada saat-saat seperti itu adalah puisi. Itu tentu juga berlaku buat penulis-penulis beken lainnya, sebutlah Pramoedya Ananta Toer yang juga jadi salah satu idola Zaky.

Alih-alih meratapi nasibnya terus-terusan di Pulau Buru tempat para tahanan politik dibui, padahal Pram adalah seniman Lembaga Kebudayaan Rakyat bukan anggota partai politik, ia memilih menyibukkan jari-jemarinya dengan mesin ketik, kertas, dan pena. Pikirannya yang galau dan kalut karena dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan ia disiplinkan supaya bisa menuangkan isi kepalanya ke dalam lembaran-lembaran kertas kosong sehingga terbitlah Tetralogi Buru yang masyhur itu.

Baca juga:  Minoritas Gender dan Seksual: Apa Pula Ini?

Pemenjaraan Pram, mulai dari tahanan Polisi Militer lalu ke Cipinang di Jakarta, penjara di Tangerang, Nusa Kambangan, hingga kamp penahanan dan pengasingan di Pulau Buru, Maluku, membentuknya menjadi sosok yang keras, penuh dengan amarah dan gairah perlawanan. Perangainya itu tercermin dalam tulisan-tulisannya. Meski demikian, lebih dari lima puluh karyanya diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam 41 bahasa. Ia pun menggondol belasan penghargaan internasional di bidang kebudayaan. Bahkan desas-desusnya saat masih hidup, ia dinominasikan mendapat Nobel Sastra.

Soal Penghargaan Nobel Sastra, Zaky pun bermimpi mendapat hadiah tersebut. Mimpi yang enggak main-main! Semua itu dimulai dari betapa ia terinspirasi oleh tulisan-tulisan Pramoedya Ananta Toer.

Lalu, bagaimana kiprahnya di dunia literasi Indonesia, apa saja kiat untuk jadi penulis handal ala Zaky Yamani? Yuk kita simak obrolannya bersama Patri Handoyo, pengasuh padepokan media Rumah Cemara!

Audiografer: Budi Itong
Videografer: Prima Prakasa
Tri Irwanda

The author Tri Irwanda

Praktisi komunikasi. Mulai menekuni isu HIV dan AIDS ketika bekerja di KPA Provinsi Jawa Barat. Punya kebiasaan mendengarkan lagu The Who, “Baba O’Riley”, saat memulai hari dengan secangkir kopi.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.