close
needle-exchange-kit

Sejak sekitar 10 tahun lalu, terjadi perubahan sangat mencolok pada pola penularan HIV di Indonesia, yaitu melalui penggunaan alat suntik yang tidak steril secara bergantian pada kelompok konsumen atau pengguna NAPZA suntik (penasun). Seiring dengan hal tersebut, muncul pemikiran bahwa sudah waktunya Indonesia menerapkan program pencegahan penularan HIV pada kelompok penasun. Pengurangan dampak buruk NAPZA suntik sebagai sebuah konsep intervensi pada penasun mulai ditambahkan untuk diterapkan di Indonesia (Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk NAPZA, Depkes RI, 2006)  

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeskripsikan Pengurangan Dampak Buruk NAPZA atau Harm Reduction sebagai konsep yang digunakan dalam wilayah kesehatan masyarakat yang bertujuan mencegah atau mengurangi konsekuensi negatif kesehatan yang berkaitan dengan perilaku penggunaan NAPZA dengan jarum suntik dan perlengkapannya. Komponen pengurangan dampak buruk NAPZA merupakan intervensi holistik/ komprehensif yang bertujuan mencegah penularan HIV dan infeksi lain melalui penggunaan perlengkapan menyuntikkan NAPZA yang tidak steril dan digunakan bersama-sama.

Penularan HIV di Kalangan Konsumen Narkoba Suntik

Pemakaian alat suntik secara bergantian sangat umum terjadi di kalangan penasun. Jika salah satunya terinfeksi HIV, dia dapat menularkan virus ini kepada siapapun yang memakai peralatan suntik bergantian bersamanya.  Penggunaan alat bergantian juga menularkan virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan penyakit lain.

Darah yang terinfeksi terdapat pada semprit (insul) kemudian disuntikkan bersama dengan narkoba saat pengguna berikutnya memakai semprit tersebut. Ini adalah cara termudah untuk menularkan HIV karena darah yang terinfeksi langsung dimasukkan pada aliran darah orang lain.

Baca juga:  Benarkah Ganja di Indonesia Tidak Bisa Dijadikan Obat? (Bagian 2)

Data kumulatif kasus HIV-AIDS di Jawa Barat dari Dinkes Jabar hingga September 2011 menunjukkan terdapat 6.279 kasus HIV-AIDS. Dari data itu, penularan terbesar HIV (lebih dari 60 %) di Jawa Barat terjadi akibat pertukaran jarum suntik tidak steril di kalangan pengguna NAPZA suntik (penasun).

Untuk menanggulangi masalah tersebut, KPAP Jawa Barat mengembangkan program harm reduction di berbagai layanan medis, termasuk puskesmas. Saat ini lebih dari 40 puskesmas di Jawa Barat yang menjalankan program pencegahan HIV untuk pengguna NAPZA suntik.

Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

Salah satu kegiatan dalam pengurangan dampak buruk NAPZA suntik (harm reduction) adalah Pogram Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Melalui  program ini, penasun menjalani terapi untuk mengalihkan (substitusi) kebiasaannya menyuntikkan narkoba dengan meminumnya (oral). Obat yang diminum adalah metadon cair yang diberikan melalui supervisi medis. Dengan demikian risiko penularan HIV dapat ditekan.

Saat ini klinik PTRM di Jawa Barat beroperasi di RS Hasan Sadikin Bandung, RSUD Bekasi, RSUD Sukabumi, RSUD Tasikmalaya, RSUD Cirebon, Puskesmas Bogor Timur, Lapas Banceuy, dan Rutan Kebon Waru.

Layanan Alat Suntik Steril

Layanan Alat Suntik Steril (LASS) bertujuan agar penasun tidak lagi menggunakan suntikan secara bergantian. Mereka bisa menukarkan alat suntik bekas yang mereka pakai di puskesmas untuk mendapatkan suntikan baru dan steril. Dengan demikian, risiko penularan HIV di kalangan penasun dapat ditekan

Baca juga:  Kiprah Komunitas Mengatasi HIV-AIDS di Kota Khatulistiwa

Terdapat sedikitnya 43 puskesmas di 15 kabupaten/ kota di Jawa Barat yang melaksanakan LASS. Seluruh puskesmas tersebut ditunjuk oleh dinas kesehatan kabupaten/ kota setempat.

Hal yang sangat penting diketahui adalah bahwa program harm reduction ini sesungguhnya juga meliputi pendidikan, pemberian informasi dan komunikasi untuk mengubah perilaku berisiko dalam rangka pencegahan infeksi menular lewat darah. Selain itu, melalui program ini juga dilakukan pemusnahan limbah jarum suntik bekas yang telah diamankan.

Tri Irwanda

The author Tri Irwanda

Praktisi komunikasi. Mulai menekuni isu HIV dan AIDS ketika bekerja di KPA Provinsi Jawa Barat. Punya kebiasaan mendengarkan lagu The Who, “Baba O’Riley”, saat memulai hari dengan secangkir kopi.

Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.