Lawakan Armandho dari Jayapura, Papua soal ganja. Mari simak!
Suara yang dihimpun dari Narkoba dalam Komedi asal Surabaya. Hubungannya apa sama karambol ya?
Tiga dekade lebih kasus HIV-AIDS tercatat di Indonesia. Penularannya terus terjadi hingga kini. Berbagai program baik pemerintah maupun organisasi nonpemerintah telah dilakukan, biaya pun telah banyak dihabiskan. Semua dilakukan untuk mengendalikan penularan HIV.
Pada 18-23 Agustus 2019, Rumah Cemara yang diwakili oleh seorang staf mengikuti ILGA Asia Conference 2019 di Seoul, Korea Selatan. ILGA Asia Conference adalah salah satu wadah untuk sharing informasi, pembelajaran dan membentuk strategi advokasi untuk komunitas LGBTIQ di Asia.
SALAHKAH MENJADI PELACUR?
Adakah orang yang menulis di buku catatannya, cita-cita: pelacur. Mana yang lebih pantas dipertanyakan, takdir atau pelacur? Demikian kata Djenar Maesa Ayu. Dikutip dari bukunya “Mereka Bilang Saya Monyet”. Saya terinspirasi kalimat itu, saat mengisi sebuah pelatihan Peer Educator WPS atau Wanita Pekerja Seks. Apakah persamaan Odha atau Orang Dengan HIV&Aids dengan pelacur? Jawaban saya : Sama-sama nggak minta atau bercita-cita menjadi Odha maupun pelacur. Sedangkan perbedaannya adalah : Seseorang bisa menjadi mantan pelacur, tapi tidak bisa menjadi mantan Odha/ Odhiv
Beberapa waktu yang lalu sempat ramai sekali diperbincangkan, baik di media sosial maupun media cetak bahwa salah satu cara penyebaran virus HIV adalah dari penggunaan jarum facial. Dan ini menimbulkan berdebatan tersendiri di kalangan masyarakat.
Menjadi ODHA, atau Orang Dengan HIV dan Aids, bukan hal yang bisa dibanggakan. Namun juga bukan hal yang memalukan. Ketika ada yang bertanya ; “Kamu tidak malu?” Jawab saja ; “Kenapa harus malu? Aku tidak merugikan orang, tidak menipu, tidak melakukan kejahatan.” Ingat yaa… Teman-teman, terinfeksi HIV bukan suatu kejahatan. Kita hanya terinfeksi sebuah virus, namanya HIV. Bukan mengajak kalian untuk menyepelekan. Tapi setidaknya jangan terlalu membebani pikiranmu